Page 247 - Problem Agraria, Sistem Tenurial Adat, dan Body of Knowledge Ilmu Agraria- Pertanahan (Hasil Penelitian Sistematis STPN 2015)
P. 247

Pengakuan Penguasaan dan Pemanfaatan Tanah dalam ...  229


              maupun yang sudah ditetapkan oleh otoritas Kehutanan, sedangkan Permen
              ATR/BPN  obyeknya  selain  penguasaan masyarakat  atas kawasan hutan
              juga penguasaan atas perkebunan (Pasal 1 Permen). Dilihat dari perbedaan
              sasaran  subyeknya,  Perber  ditujukan untuk  menyelesaikan penguasaan
              tanah oleh masyarakat (orang perorangan, badan pemerintah/ pemerintah
              daerah, dan badan sosial/keagamaan, sedangkan Permen ditujukan untuk
              menyelesaikan penguasaan tanah yang dikuasai oleh masyarakat hukum
              adat atau kelompok masyarakat diberikan dengan hak komunal atas tanah
              (Pasal 2 Permen ATR/BPN).

              Tabel  4.  Perbedaan Sasaran  antara Perber  dengan Permen
              ATR/BPN
               Sasaran  Perber                    Permen ATR/BPN
               Obyek    Kawasan hutan             Kawasan hutan dan perkebunan
               Subyek   -  Orang perorangan       Masyarakat hukum adat;
                        -  Badan Pemerintah/Pemda  Kelompok masyarakat
                        -  Badan sosial keagamaan;


                  Upaya penyelesaian masalah status penguasaan tanah dalam kawasan
              hutan ini merupakan wujud  nyata kehadiran pemerintah dalam menata
              kembali  (redefinisi)  ruang  hidup  (penguasaan)  masyarakat  adat  atas
              tanah-tanah adat dalam kawasan hutan, dengan harapan akan melahirkan
              kepastian hukum  serta kemanfaatan/  kemakmuran  dan keadilan bagi
              masyarakat adat itu sendiri. Khususnya harapan adanya jaminan kepastian
              hukum terhadap kepemilikan/penguasaan tanah-tanah yang telah dikuasai
              oleh masyarakat adat Dayak di Kalteng, tentunya juga merupakan salah
              satu tujuan UUPA dengan melaksanakan pendaftaran tanah. Pendaftaran
              tanah merupakan kewajiban negara yang dilaksanakan oleh Kepala Kantor
              Pertanahan dengan dibantu  Pejabat-pejabat  lain,  sesuai dengan  yang
              diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
              Pendaftaran  Tanah  dan peraturan pelaksanaannya.  Dalam upaya untuk
              pengakuan secara formal dalam kaidah-kaidah hukum tertulis mengenai
              tanah  dan hidup masyarakat lokal  harus  dipetakan  dan  dilegalisir. Hal
              ini harus  dilakukan  untuk menjamin  agar kepentingan masyarakat
              dalam  memanfaatkan sumber-sumber daya alam  tidak dikesampingkan,
              tetapi dapat  terintegrasi dengan rencana pembangunan daerah.  Dengan
              demikian, proses pembangunan dapat berjalan dengan seimbang, adil dan
              untuk kepentingan rakyat banyak, terutama masyarakat setempat. Proses
   242   243   244   245   246   247   248   249   250   251   252