Page 31 - Problem Agraria, Sistem Tenurial Adat, dan Body of Knowledge Ilmu Agraria- Pertanahan (Hasil Penelitian Sistematis STPN 2015)
P. 31

Analisis Hukum Penguasaan dan Pemanfaatan Tanah ...  13


              hukum adat, tidak boleh dijual lepas untuk selama-lamanya kepada orang
              asing, karena mereka bukan anggota masyarakat hukum adat. 10

                  Masyarakat hukum adat maupun hak-haknya atas tanah, tetap diakui
              Negara RI, keberadaan masyarakat hukum adat pun ditegaskan dalam UUD
              1945.  Maka  terhadap  tanah-tanah yang semula dimiliki oleh  masyarakat
              persekutuan hukum adat, kemudian digunakan oleh perusahaan maupun
              negara, bisa  dikembalikan menjadi  milik masyarakat,  setelah masa
              pemakaiannya berakhir. Namun penggunaan serta pemanfaatannya oleh
              masyarakat hukum adat, harus diatur sesuai dengan ketetapan Pemerintah.
              Masyarakat  hukum adat, tidak pernah  harus  kehilangan apalagi dicabut
              hak  kepemilikan adatnya oleh  Negara.  Azas dan ajaran  ini,  bersumber
              pada ajaran ke-enam dari Hukum Pertanahan Adat, yang sudah ditafsirkan
              dan dilembagakan  menjadi  norma dasar  konstitusional  dalam  rumusan
              pasal 33 UUD 1945, sehingga paradigmanya disebut ‘Hak Menguasai Dari
              Negara’ (HMDN). Maka dengan paradigma HMDN, Negara RI tidak berhak
              memutuskan  hak  keperdataan  kepemilikan  tanah  WNI  termasuk  hak
              masyarakat hukum adat melalui lembaga pencabutan hak.
                  Tetapi Negara RI, berkewenangan hukum  untuk menetapkan
              (beschikken)  penggunaan  tanah milik masyarakat hukum  adat, melalui
              perundingan dan kesepakatan bersama atas area atau bidang-bidang tanah
              yang akan digunakan baik oleh Pemerintah maupun perorangan dan badan
              usaha swasta. Misalnya area atau bidang-bidang tanah milik masyarakat
              hukum adat akan digunakan  untuk  kepentingan  umum atau  pelayanan
              publik  atau  masyarakat,  ataupun  untuk  kepentingan  pertahanan  dan
              keamanan Negara, maka perundingan bisa dilakukan untuk memberikan
              hak  pakai  abadi atau  selama  secara  nyata  masih digunakan oleh  pihak
              pemakai.

                  Terhadap  tanah-tanah  masyarakat  hukum adat  yang  diserahkan
              untuk digunakan  bagi  pelayanan  publik atau  kepentingan  umum dan
              pertahanan serta keamanan Bangsa dan Negara, maka kedudukan hukum
              tanahnya  dalam  struktur hukum Pertanahan  dan Keagrariaan Nasional
              adalah menjadi tanah yang ‘dibebaskan atau dikeluarkan dari hubungan
              perdagangan’.  Tanah masyarakat  yang  diserahkan itu hanya boleh
              digunakan untuk kepentingan umum atau keamanan Negara yang bersifat
              nirlaba.  Fungsi dan  peranan  dalam  penggunaan  tanah  masyarakat  yang



              10   Ibid halaman 235.
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36