Page 29 - Problem Agraria, Sistem Tenurial Adat, dan Body of Knowledge Ilmu Agraria- Pertanahan (Hasil Penelitian Sistematis STPN 2015)
P. 29

Analisis Hukum Penguasaan dan Pemanfaatan Tanah ...  11


              masyarakat hukum  adat  serta keabadian hubungan manusia  dengan
              tanah dan  masyarakat  hukumnya  itu,  telah diterjemahkan dengan
              penafsiran baru serta dilembagakan kembali menjadi norma-norma dasar
              konstitusional  Indonesia  dalam  rumusan  pasal  33  UUD  1945  maupun
              peraturan pelaksananya dalam pasal 2 UUPA 1960. 9
                  Masyarakat hukum adat dan hak-hak adatnya, harus otomatis diakui
              sebagai pemilik  tanah dengan hak milik, karena baik warga masyarakat
              hukum maupun masyarakat hukum adatnya, keberadaannya telah diakui
              dalam UUD 1945. Pengakuan mana menyebabkan wargamasyarakat hukum
              adat otomatis beralih status hukum menjadi warga Negara Indonesia, dan
              kedudukan hukum masyarakat hukum adat pun tetap diakui keberadaannya
              oleh  UUD  1945.  Maka  setiap rumusan peraturan perundang-undangan
              yang  bersifat  menyangkal  atau  menafikan  kedudukan  serta  pengakuan
              UUD  1945  itu, adalah  inkonstitusional  dan dapat dikategorikan  sebagai
              perbuatan pidana atau kriminal. Karena rumusan dan tindakan hukum yang
              dilakukan pejabat itu adalah bersifat melanggar hak azasi kewarganegaraan
              dari warga Negara Indonesia terhadap hak kepemilikannya atas tanah. Maka
              penguasaan dan pendudukan tanah secara syah berdasarkan hukum adat
              dalam lingkungan kuasa suatu masyarakat hukum, baik oleh perorangan
              warga  persekutuan  maupun  persekutuan  hukum adat, adalah otomatis
              karena/demi hukum, merupakan hak milik dari pemegang hak, sepanjang
              yang bersangkutan tidak kehilangan kedudukan hukumnya sebagai warga
              Negara  Indonesia,  atau  persekutuan  hukum  adatnya  tidak  dibubarkan
              oleh warga persekutuan hukum adatnya. Karena filosofi, teori, dan ajaran
              Hukum Adat  tentang pembentukan persekutuan  hukum  adat,  adalah
              berdasarkan ajaran keabadian hubungan perikatan hukum yang bersifat
              magis antara orang dengan tanahnya. Maka tidak seorangpun dari warga
              persekutuan hukum yang berniat membubarkan persekutuan hukumnya.
                  Karena itu, kategori  pernilaian  keberadaan  masyarakat  hukum
              adat menurut PMA No. 5/1999,  dan  rumusan  pasal  3 maupun 5 UUPA
              1960,  adalah  salah dan  melanggar  prinsip  dasar  hukum  adat,  sebab
              menggunakan  kategori  paradigma  hukum  Hindia  Belanda  yang  ingin
              menghapus hukum adat untuk diganti dengan hukum Sipil Belanda (BW/
              KUHPInd.).  Masyarakat hukum  adat harus  tetap  diakui keberadaannya,
              sampai dapat dibuktikan  bahwa  masyarakat  hukum adat  tertentu,  telah


              9   Herman Soesangobeng, Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan
                  Agraria, STPN Press, Yogyakarta 2012, halaman 209.
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34