Page 198 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 198
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
4.5. Pekalongan Syuu
Kabar proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia sampai
di Pekalongan Syuu melalui radio pada tanggal 18 Agustus 1945.
Sarli, salah seorang anggota Barisan Pelopor yang mendengar
berita proklamasi pagi itu, segera menurunkan bendera Jepang dan
menggantinya dengan bendera merah putih. Tindakan yang
dilakukannya pada pukul 06.30 itupun menimbulkan kegaduhan.
Sekitar setengah jam kemudian, ia dipanggil dan diperintahkan
menurunkan bendera merah putih.
Sekitar pukul 07.00…saya tiba di Kantor Kotapraja mendadak
dipanggil Sumpeno (walikota Pekalongan). bersamanya hadir
Harso, sekretaris kotapraja dan seorang lagi. Mereka sangat
takut dan pucat sekali. Karena saya yang telah menaikkan
bendera…sayalah yang harus menurunkannya, katanya kepada
saya…keadaan menjadi menegangkan. Saya tetap tidak mau
pergi dan menurunkan bendera…Sumpeno mengatakan telah
mendengar proklamasi , tetapi tidak ada perintah mengibarkan
20
bendera .
Di samping radio, penyebarluasan berita proklamasi di
karesidenan Pekalongan tidak lepas dari jaringan komunikasi
telepon dan kereta api. Terkait dengan jaringan komunikasi kereta
api, mengutip Anton E. Lucas, gerbong-gerbong kereta api Jakarta-
Semarang yang melewati keempat kabupaten dan karesidenan
Pekalongan itu banyak bertuliskan “merdeka atau mati”. Selain itu,
penyebarluasan berita proklamasi dimungkinkan pula terjadi saat
kereta api dari Jakarta berhenti di setiap stasiun di karesidena
tersebut.
Tidak ketinggalan, kurir pun memegang peran penting
dalam menyebarluasakan berita proklamasi. Mochammad Aswan
Tary dalam Lidya Dwi Jayanti, misalnya memaparkan bahwa
tanggal 19 Agustus 1945, seorang kurir dari Jakarta bernama B.
Suprapto, karyawan penerbang, datang ke Pekalongan. Ia
mengabarkan bahwa kemerdekaan Indonesia telah
diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 dan berpesan kepada
Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI) untuk menyebarluaskan
21
berita itu ke pelosok desa .
Menanggapi berita proklamasi yang tersiar melalui radio,
jaringan kereta api, serta kurir dari Jakarta, Negen Broeders dan
186