Page 355 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 355

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                otoritas  yang  lebih  tinggi  dari  pihak  penjajah,  mula-mula  Belanda
                                                                       30
                (1938-1942) dan kemudian Jepang (1942-Februari 1946).


                6.5. Negara Indonesia dan Sekutu-NICA
                        Gubernur  Pudja  dan  aparatur  negara  Republik  Proklamasi  di
                daerah  dihadapkan  pada  situasi  yang  dilematik,  yaitu  harus  berbagi
                kekuasaan  dengan  Jepang  sebagai  penjaga  status  quo  dan  Paruman
                Agung di Bali. Di daerah-daerah pulau lain, pemerintahan Republik juga
                tidak bisa berjalan karena didahului pendaratan tentara Sekutu. Kondisi
                ini tentu saja memberi peluang bagi Belanda untuk kembali berkuasa di
                Indonesia.
                        Upaya pihak Belanda ini tampak misalnya dalam memorandum
                L.G.G  van  Mook  dengan  Panglima  Sekutu  di  Asia  Tenggara,
                Mountbatten,  pada  2  September  1945  tentang  perluasan  wilayah
                operasi.  Dalam  memorandum  tersebut  dinyatakan  bahwa  seluruh
                wilayah  Hindia  Belanda  Timur  diduduki  komando  sementara  Australia
                meliputi  daerah-daerah  Timor,  Ambon,  Seram  dan  Makasar.  Personil
                NICA yang didatangkan digunakan sebagai tenaga inti untuk menyusun
                kembali dan memperkuat mekanisme pemerintahan yang ada.
                        Untuk tahap pertama, perwira komandan utama NICA dengan
                stafnya diangkat di sub-sub wilayah: Jawa, Madura, Bali dan Lombok,
                Sumatra  dan  pulau-pulau  sekitarnya,  Borneo  dan  pulau-pulau
                sekitarnya,  Selebes,  Kepulauan  Sunda  Kecil,  Maluku  dan  New  Guinea.
                Sub pembagian ini sesuai dengan pembagian wilayah Hindia Belanda,
                dan  juga  sejalan  dengan  wilayah  komando  militer  Angkatan  Laut
                        31
                Jepang.  Untuk tahap ini, Ch. O. van der Plas diangkat menjadi utusan
                Pemerintah Hindia Belanda dan penasehat politik bagi Panglima Sekutu
                                                                              32
                dan para panglima satuan tugas di daerah-daerah yang diduduki.
                        Untuk memerjuangkan pemulihan kekuasaan Belanda di daerah
                kepulauan Sunda Kecil, mereka dibonceng Sekutu/Inggris dan Australia
                yang mendaratkan tentaranya di bawah komandan Jenderal Sir Thomas
                Blauney  di  Kupang  pada  tanggal  11  September  1945.  Mereka
                membonceng Belanda NICA di bawah komandan Co-NICA, Kolonel de
                Rooy, untuk menduduki dan mengambil alih seluruh pemerintahan sipil
                di Timor dan pulau-pulaunya.





                                                                                 343
   350   351   352   353   354   355   356   357   358   359   360