Page 354 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 354

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                kekuasaan  dialihkan  kepada  Mr.  I  Gst  Ketut  Pudja  selaku  Gubernur
                Sunda  Kecil.  Meskipun,  perlu  ditegaskan  bahwa  kenyataan  otoritas
                Republik  masih  dibayangi  kekuasaan  militer  Jepang  yang  ditugaskan
                menjaga status quo sampai datangnya Sekutu.

                        Bersamaan  dengan  itu,  pihak  Jepang  jutsru  mendorong  para
                raja untuk membentuk lembaga tandingan terhadap otoritas Republik.
                Upaya  ini  kemudian  membuahkan  apa  yang  disebut  Dewan  Raja-raja
                pada  awal  1946  atas  dukungan  Jepang.  Gubernur  Pudja  bersama
                aparatur  Republiknya  tidak  sanggup  menguasai  keadaan,  sehingga
                diadakan  pertemuan  dengan  raja-raja  pada  tanggal  29  Januari  1946.
                Pertemuan  tersebut  memutuskan  bahwa  untuk  pemerintahan  di  Bali
                gubernur  menyerahkan  wewenang  dan  kekuasaannya  kepada  Dewan
                Raja-raja  untuk  menjalankan  pemerintahan  sehari-hari  di  Bali.
                Wewenang gubernur hanya terbatas pada pengawasan wilayah sesuai
                dengan  konstitusi  RI.  Keputusan  dikuatkan  dengan  dikeluarkannya
                deklarasi KND (Makloemat No. 01-1-20) yang ditandatangani Gubernur
                Pudja dan Ketua KND I.B. Putra Manuaba pada tanggal 9 Februari 1946.
                Isi maklumat menyatakan, seperti dikutip dari G. Robinson:


                         ―Untuk  menyerahkan  hak  dan  kekuasaan  yang  dipegang
                         Republik Indonesia, kepada Paruman Agung,.... dengan syarat
                         apapun  yang  dibuat  badan  itu  tidak  boleh  menyimpang  dari
                                      28
                         konstitusi RI.‖
                        Perlu  diketahui  bahwa  Paruman  Agung  berdiri  sejak  Januari
                1946, atas dukungan Jepang, dengan memiliki dua badan, yaitu Dewan
                Raja-Raja  dan  Majelis  Rakyat.  Anggota  badan  pertama  adalah  ke
                delapan  raja,  salah  satunya  menjadi  ketua.  Anggota  Majelis  Rakyat
                berjumlah  29  orang  yang  dipilih  dari  delapan  Paruman  Negara  dan
                badan-badan  penasehat  legislatif  yang  diketuai  oleh  raja  di  masing-
                masing kerajaan.
                                29
                        Penganugerahan otoritas pemerintahan formal kepada Paruman
                Agung sesuai dengan rencana Belanda untuk menenteramkan kawasan
                dan cocok dengan sikap kebanyakan raja. Prosedur selebihnya dirancang
                untuk  memastikan  dominasi  raja-raja  dan  elemen-elemen  lain  yang
                moderat.  Hanya  sebagian  kecil  saja  upaya  yang  dilakukan  untuk
                menyertakan  kaum  pemuda  dan  organisasi  sosial  politik  yang  baru.
                Dapat  dikatakan  bahwa  Paruman  Agung  adalah  pelaksana  keputusan



                342
   349   350   351   352   353   354   355   356   357   358   359