Page 353 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 353
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
dua kali penculikan atas dirinya oleh anggota PRI pada bulan September
dan November 1945, maka sikapnya berbalik melawan gerakan
23
penculikan PRI pendukung proklamasi. Tindakan pemuda anggota PRI
yang emosional tanpa dilandasi sikap santun memunculkan perasaan
tersinggung raja Klungkung. Serombongan anggota PRI telah
menurunkan bendera Jepang yang masih berkibar di depan kantor
swapraja di Klungkung. Segera setelah itu dikibarkan sang merah putih
sebagai pengganti bendera Jepang. Raja Dewa Agung Klungkung
tersinggung dan salah paham terhadap simbol Republik dan
24
menganggapnya bahwa Republik di Jawa sebagai penjajah baru. Sejak
peristiwa itu, raja bersikap reaksioner dan menentang gerakan
revolusioner pemuda pejuang.
Sikap reaksioner dan kontra revolusi raja Dewa Agung di
Klungkung telah membuatnya membentuk milisi kerajaan yang
dinamakan Badan Keamanan Negara (BKN) pada pertengahan
25
Nopember 1945. Sikap raja Klungkung diikuti pula oleh raja Gianyar
dan raja Karangasem. Raja Gianyar membentuk pasukan pengawal milisi
kerajaan yang reaksioner dan anti revolusi diberi nama Pemuda Pembela
Negara (PPN) pada akhir Nopember 1945. Demikian pula, raja
Karangasem kemudian membentuk pasukan pengawal kerajaan yang
diberi nama Anti Indonesia Merdeka (AIM) pada bulan April 1946 yang
dipimpin langsung oleh Raja.
26
Bersama dengan perkembangan di atas, perlu pula dicatat di sini
respon pemuda pelajar, yang membentuk organisasi yang terkonsentrasi
di dua kota, yaitu Denpasar dan Singaraja. Di Denpasar berdiri
organisasi pelajar bernama Ikatan Siswa Sekolah Menengah (ISSM) dan
di Singaraja Perhimpunan Siswa Sekolah Menengah Pertama (PSSMP).
Kedua organisasi ini merespons berita proklamasi dengan cara ikut
menyebarkan dan memberi penerangan tentang arti kemerdekaan
Indonesia kepada masyarakat di sekitarnya. Dalam aksi-aksinya mereka
mendukung aktivitas anggota PRI dan Pesindo.
27
6.4. Peralihan Kekuasaan
Organisasi-organisasi pemuda yang tergabung dalam organisasi
sosial dan kemiliteran, bersama-sama KND-KND di Sunda Kecil,
memegang peranan penting dalam mengakhiri kekuasaan Jepang di
daerah tersebut. Mereka dengan cara-cara damai disertai demonstrasi
meminta kepada kepala pemerintahan Jepang Sunda Kecil di Singaraja,
Minseibu Cookan, untuk menyerahkan kekuasaannya ke tangan
Republik. Dan hal itu dilakuan pada tanggal 8 Oktober 1945, di mana
341