Page 424 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 424

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                29   Berita  itu  tentu  saja  memberikan  spirit  perjuangan  bagi  pejuang
                Sanga-Sanga, yang secara spontan mendukung dan menyatakan Sanga-
                Sanga  sebagai  bagian  dari  Republik  Indonesia.  Segera  setelah
                mendengar  berita  proklamasi,  para  pejuang  yang  tergabung  dalam
                BPPD menyebarkannya kepada para anggota dan masyarakat di pelosok
                daerah dan mengibarkan bendera Merah Putih.
                             Masa perjuangan fisik di Kalimantan Timur, pada tahun 1946,
                sempat  terbit  tiga    buah  surat  kabar,  yaitu  Masjarakat  Baroe  dan
                Dharma terbit di Samarinda dan Soera Foni di Balikpapan. Surat kabar
                ini  terbit  dua  kali  seminggu  dan  berkembang  menjadi  tiga  kali
                seminggu.  Surat  kabar  Masjarakat  Baroe  masih  menggunakan  ejaan
                lama,  dan  hadir  dengan  bentuk  apa  adanya,  dan  bahkan  Belanda
                sempat  menjulukinya  dengan  sebutan  koran  sapu  tangan.  Hal  ini
                disebabkan  karena  ukurannya  kecil  sebidang  saputangan  dan  dicetak
                                      30
                dengan mesin handset.

                7.6. Respon Masyarakat terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
                             Seperti  halnya  di  daerah  lain,  masyarakat  Kalimantan  atau
                Borneo juga memiliki respons yang beragam terhadap proklamasi. Latar
                belakang etnis, status sosial-ekonomi, dan juga pola hubungan politik
                yang digangan dengan kelompok kekuasaan turut mempengaruhi pola
                respons  yang  diberikan  terhadap  perkembangan  baru  menyusul
                proklamasi Indonesia pada 17 Agustus 1945.

                        Dalam hal ini, kita mulai dengan kota Pontianak di Kalimantan
                Barat.  Di  sini,    masyarakat  yang  dipelopori  oleh  para  intelektual  dan
                tokoh  masyarakat  menyambut  baik  kemerdekaan  yang  telah  dicapai
                oleh  bangsa  Indonesia.  Mereka  segera  menyatakan  diri  untuk
                bergabung  dengan  NKRI  dengan  membentuk  PPRI  (Pemuda
                Penyongsong  Republik  Indonesia)  pada  tanggal  15  September  1945,
                dengan  Muzanni  A.  Rani  sebagai  ketuanya,  dan  beberapa    bekas
                                                         31
                anggota Khaigun Heiho menjadi pengurus.
                        Prinsip  dasar PPRI  adalah  menyongsong  kemerdekaan  Republik
                Indonesia, menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan yang telah
                dicapai  bangsa  Indonesia.  Maksud  dan  tujuan  dibentuknya  PPRI
                terangkum dalam 3 butir ketetapan yang dihasilkan dalam rapat yaitu :
                (1) Daerah Kalimantan Barat adalah adalah wilayah Republik Indonesia;




                412
   419   420   421   422   423   424   425   426   427   428   429