Page 35 - METEOROLOGI-KLIMATOLOGI VOLUME 1 KARAKTERISTIK DAN SIRKULASI ATMOSFE
P. 35
Geofisika (BMG), Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional
(LAPAN), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT),
Lembaga Riset di Perguruan Tinggi seperti Institut Teknologi Bandung
(Program Studi Meteorologi dan Kelompok Keahlian Sains Atmosfer),
Institut Pertanian Bogor, dan Universitas serta Instansi Riset lain yang
mengkaji masalah cuaca dan iklim. Mungkin saja Fakultas Geografi
dan Fakultas Pertanian sebuah Perguruan Tinggi dapat melakukan
riset dalam bidang meteorologi dan klimatologi.
Di area Pusat Riset Cuaca dan lklim Intemasional Koto
Tabang dioperasikan peralatan observasi atmosfer global (Global
Atmospheric Watch GAW) oleh Badan Meteorologi Dunia (World
Meteorological Organization WMO). Di area ini juga dipasang Radar
Lapisan Batas (Boundary Layer Radar- BLR), Radar Akustik (Sodar),
Radiosonde, dan peralatan observasi cuaca lainnya. Akhir-akhir ini
dioperasikan Radar Atmosfer Ekuatorial (Equatorial Atmosphere
Radar EAR) yang mempunyai sistem antena kuasi sirkular dengan
diameter 110 m sebanyak 560 buah. Daya keluaran 100 kW, frekuensi
47 MHz, lebar berkas sinar 3,4 dan jangkauan observasi 1,5 20 km
°
untuk turbulensi atmosfer, lebih dari 90 km untuk iregularitas ionosfer.
Pusat Riset Cuaca dan Iklim Internasional merupakan kerjasama
antara WMO, RASC (Radio Science Center for Space and
Atmosphere) University of Kyoto, Jepang dan Pemerintah Indonesia
melalui Instansi Riset BMG, LAPAN, dan BPPT.
Ditinjau dari aspek meteorologis, wilayah Indonesia merupakan
salah satu daerah riset yang sangat menarik di muka bumi. Cuaca dan
iklim Indonesia telah diinvestigasi secara intensif selama periode kolonial
Belanda yang karya ilmiahnya dipublikasikan dalam "Verhandelingen",
Koninklijk Magnetisch en Meteorologisch Observatorium (KMMO) te
Batavia. Salah satu publikasi yang hingga kini masih menjadi acuan riset
meteorologi Indonesia ialah karya Braak (1929) yang membahas
sejumlah fenomena skala meso yang sangat penting dan menarik,
misalnya peristiwa "Bohorok" yaitu angin semacam Föhn di Sumatera
yang bersifat kering, panas, dan dapat merusak tanaman. Peristiwa lain
ialah "Sumatera" yaitu garis awan badai cumulonimbus (Cb) yang waktu
hidupnya mencapai satu hari atau lebih.
Meteorologi Indonesia Volume 1 15