Page 32 - METEOROLOGI-KLIMATOLOGI VOLUME 1 KARAKTERISTIK DAN SIRKULASI ATMOSFE
P. 32

ii.     Meteorologi Modifikasi Cuaca
                       Modifikasi  cuaca  diartikan  sebagai  modifikasi  awan  secara
                       buatan atas usaha manusia. Sejarah modifikasi cuaca dimulai
                       tahun  1946  sejak  percobaan  pembenihan  awan  dengan  es
                       kering oleh Vincent Schaefer dan Irving Langmuir. Satu tahun
                       kemudian, Vonnegut menemukan perak iodida (Ag I), suatu
                       bahan  yang  dapat  bertindak  sebagai  inti  es.  Di  Indonesia,
                       sejarah modifikasi cuaca dimulai sejak dilakukan percobaan
                       hujan  buatan  di  atas  wilayah  Perum  Otorita  Jatiluhur  pada
                       tahun  1979  oleh  BPPT  (Badan  Pengkajian  dan  Penerapan
                       Teknologi)  yang  dibantu  oleh  tim  ahli  dari  perguruan  tinggi.
                       Sebelum  sejarah  modifikasi  cuaca  dimulai,  orang  berusaha
                       mendatangkan  hujan  melalui  jampi-jampi  (mantera),  tari-
                       tarian, sembahyang atau berbagai acara ritual lainnya. Tujuan
                       modifikasi  cuaca  adalah  meningkatkan  jumlah  curah  hujan,
                       menindas  batu  es  hujan,  melenyapkan  kabut,  dan  melerai
                       siklon.  UPT  Hujan  Buatan  sedang  melakukan  penerapan
                       modifikasi cuaca dengan Ground Base Generator (GBG) untuk
                       menanggulangi banjir di wilayah Jakarta.
                   iii.    Meteorologl Maritim
                       Yaitu aplikasi meteorologi dalam bidang maritim dan kelautan.
                       Jika  kabut  atau  cuaca  buruk  dijumpai  di  laut  atau  di  darat,
                       masalahnya  tidak  begitu  serius  dibandingkan  jika  terjadi  di
                       udara. Pengemudi kapal dapat mengatur kecepatan kapalnya
                       atau  dapat  menurunkan  jangkar  sampai  keadaan  cuaca
                       memungkinkan kembali melanjutkan pelayarannya. Meskipun
                       demikian angin kencang dapat menyebabkan gelombang laut
                       yang tinggi, sehingga dapat membahayakan para nelayan yang
                       sedang mencari ikan. Para nelayan biasanya berangkat pada
                       sore  atau  malam  hari  dan  kembali  pada  siang  hari  dengan
                       memanfaatkan angin darat dan angin laut. Wilayah Indonesia
                       yang terletak pada lintang antara 7 U dan 10 S dan mempunyai
                                                      
                       parameter Coriolis atau vortisitas bumi yang kecil yaitu antara
                               -5
                                  -1
                                                                               -1
                                                                            -5
                       1,78 x 10    di belahan bumi utara (BBU) dan 2,53 x 10  s di
                                 s
                       belahan bumi selatan, dapat dikatakan hampir bebas dari jalur
              12                                                 Meteorologi Indonesia Volume 1
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37