Page 13 - VOC Dan Perkembangan Pemerintahan Hindia-Belanda
P. 13
Pemerintahan Hindia-Belanda :
Cultuurstelsel (Tanam Paksa)
Belanda kembali menguasai wilayah Indonesia berdasarkan Konvensi
London tahun 1814. Van der Capellen yang ditunjuk sebagai Gubernur
Jendral Hindia-Belanda berusaha mengeruk keuntungan sebanyak
mungkin. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk membayar hutang-
hutang Belanda yang cukup besar selama perang. Kebijakan yang di
ambil oleh Van der Capellen adalah dengan menerapkan kebijakan
dalam menghapuskan peran penguasa tradisional, menyewakan
tanah kepada penguasa-penguasa Eropa, menerapkan pajak yang
memberatkan rakyat, sehingga muncul banyak perlawanan dari
rakyat.
Belanda kemudian mengutus Johannes van
den Bosch menjadi Gubernur Jendral untuk
meningkatkan penerimaan keuangan
Belanda yang kosong akibat perang. Van
den Bosch mengambil kebijakan tanam
paksa pada tahun 1830 yang dikenal sebagai
cultuurstelsel dalam bahasa Belanda.
Ketentuan pokok sistem tanam paksa tertera dalam Stadsblad
(lembaran negara) tahun 1834 No. 22, meliputi:
1. Persetujuan akan diadakan dengan penduduk terkait penyediaan
tanah untuk penanaman tanaman yang dapat dijual di pasar Eropa.
2. Bagian tanah pertanian yang disediakan untuk tujuan ekspor tidak
boleh melebihi 1/5 dari tanah pertanian yang dimiliki penduduk.
3. Pekerjaan yang diperlukan untuk menanam tanaman ekspor tidak
boleh melebihi pekerjaan yang diperlukan untuk menanam padi.
4. Bagian tanah yang disediakan untuk menanam tanaman ekspor
dibebaskan dari pembayaran pajak tanah.
5. Hasil panen dari tanah yang disediakan wajib diserahkan kepada
pemerintah Hindia Belanda. Jika hasil tanaman melebihi yang harus
diserahkan maka kelebihannya dikembalikan kepada penduduk.
6. Kegagalan yang bukan disebabkan oleh petani menjadi tanggung
jawab pemerintah.
7. Pelaksanaan Cultuurstelsel diserahkan kepada pemimpin pribumi.
Sementara pemerintah Belanda hanya jadi pengawas.