Page 77 - Cerpen Surabaya Bukan Kenangan
P. 77
berselancar lewat HP miliknya tentang soal-soal yang
mungkin besok akan muncul.
Pagi itu sangat cerah, pertama kali ia melihat mentari
pagi Kota Surabaya dari atas gedung hotel yang ia tempati
untuk singgah semalam. Gedung-gedung yang dia lihat
waktu ke Surabaya pertama kali kini semakin bertambah
banyak. “Mengagumkan, bagaimana mereka mampu
membuat gedung yang tinggi seperti itu.” Lamunnya dalam
hati.
Di depannya sudah ada setangkup roti berisi selai
bluberi dan secangkir teh hangat yang dia ambil dari pantry
hotel. Dinda duduk di sebuah kursi bulat berkaki empat
menghadap terbitnya matahari dan menikmati udara pagi
Surabaya sebelum ia harus berangkat ke tempat tes CPNS
dilaksanakan. Rasa syukur yang tak terkira ia rasakan
karena masih diberi kehidupan sehingga dapat melihat
betapa indahnya ciptaan Tuhan.
Waktu di hp sudah menunjukkan pukul 8, waktunya ia
untuk meninggalkan hotel dan pergi ke tempat yang akan
menentukan nasibnya. Karena waktu ujian dia adalah pukul
73