Page 100 - novelku part 2 1
P. 100
mujarab, aku langsung angler seperti anak bayi yang dibandul di
ayunan.
Hari sudah pagi, Bagus mau membangunkanku tapi dicegah oleh
uti. “Jangan le, kasihan tadi malam dia klisikan ga bisa tidur. Biar dia
tidur dulu”.
“Kulo nuwun….”
Terdengar suara cewek dari ruang tamu, Bagus bergegas keluar
karena dia yakin kalau yang datang itu pujaan hatinya. Benar saja
Ayu pagi itu sudah siap untuk nyekar ke makam.
“Apa kalian sudah siap?, tanya Ayu.
Bagus tangannya nunjuk ke kamar, “Bagas belum bangun”.
“Apa aku datang kepagian mas?”, Ayu merasa bersalah.
“Sebentar biar Bagas tak bangunin dulu”, kata Bagus.
Ayu menuju ke gandhok bantuin mbah uti masak sayur lodeh
sama tempe bacem kesukaanku.
Setelah aku selesai mandi, kami bertiga pamit ke mbah uti untuk
nyekar dulu ke makam mbah Bejo, serta bapak ,ibuku. Di sepanjang
jalan aku melihat desaku belum ada perubahan yang berarti, tanah
aspalnya sudah rusak. Sawah terbentang luas, hijau sedap
dipandang. Setelah sampai di makam, kami bertiga kirim doa.
Aku sudah lega, entah apa maksud dari mimpiku yang dipanggil
mbah Bejo waktu itu. Yang jelas aku sudah datang ke pusaranya,
memohon maaf atas kesalahanku dan mendoakannya kepada Allah
yang kuasa.
100