Page 67 - E BOOK EKONOMI ISLAM
P. 67
“dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-
tengah antara yang demikian”.
Islam melarang setiap pemeluknya bermegah-megahan. Kemegahan dalam
Islam adalah faktor utama kerusakan dan kehancuran individu dan masyarakat.
Kemegahan dapat saja menjadikan kesenjangan antara miskin dan kaya
semakin lebar. Bagi kaum minoritas (uang) kemegahan yang dipertunjukkan
kepada mereka menumbuhkan kecemburuan pada kaum mayoritas yang akan
berpeluang kepada konflik.
d. Pengeluaran harta (uang) untuk Agama dan Sosial (ad-diniyah dan al-
ijtimâ‟iyah)
Sebagaimana telah dipaparkan dalam ayat al-Qur’an sebelumnya, Islam
menerangkan bahwa harta (uang) merupakan milik dan nikmat Allah SWT
yang diberikan kepada manusia. Allah memberikan manusia amanat untuk
mengelola. Manusia berfungsi sebagai khalifah atas harta (uang) milik Allah
SWT. Atas dasar ini, manusia memiliki kewajiban untuk mengeluarkan harta
(uang) untuk kemashlahatan agama dan sosial (masyarakat). Allah SWT
berfirman:
Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 195
ُ ْ
ُ
َ
ُ
َ ٰ اللّ َّن ا ا ْ وُن سْحَاو ةَكلْهَّتلا ىل ا مُكْي دْيَاب ا ْ وقلُت َ لْو ٰ اللّ لْيبس ي ف ا ْ وق فْنَاو
ْ
َ ْ
َ
َ
َ
ْ
١٩٥ - َنْي ن سْحُملا ُْب حُي
Artinya:
“dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”.
61