Page 63 - E BOOK EKONOMI ISLAM
P. 63

Oleh karena itu, uang tidak bisa dijual atau dibeli secara kredit. Orang perlu
                      memahami kebijakan Rasulullah SAW., bahwa tidak hanya mengumumkan

                      bunga  atas  pinjaman  sebagai  sesuatu  yang  tidak  sah  tetapi  juga  melarang
                      pertukaran uang dan beberapa benda bernilai lainnya untuk pertukaran yang

                      tidak sama jumlahnya, serta menunda pembayaran jika barang dagangan atau

                      mata uangnya adalah sama. Efeknya adalah mencegah bunga uang yang masuk
                      ke sistem ekonomi melalui cara yang tidak diketahui.


                  Selain dari prinsip-prinsip di atas, Islam juga mengatur tata cara memberdayakan

                  uang sebagai harta yang merupakan amanah dari Allah SWT. Berikut dijelaskan

                  beberapa  padangan  Islam  tentang  cara  memberdayakan  harta  yang  termasuk  di
                  dalamnya uang:

                  a.  Menentukan Prioritas Pemanfaatan Harta (uang)
                      Islam mengajarkan seorang muslim mengenai mekanisme pemanfaatan harta

                      (uang) untuk mencapai tujuan falâh, yaitu mencapai kebahagiaan dunia dan

                      akhirat  melalui  suatu  tata  kehidupan  yang  baik  dan  terhormat  (hayyah
                      thayyibah). Mewujudkan kesejahteraan hakiki bagi manusia merupakan dasar

                      sekaligus tujuan utama dari syari‟at Islam (mashlahah al-ibâd), karenanya juga
                      merupakan tujuan ekonomi Islam. Menurut as-Syatibi tujuan utama syari‟at

                      Islam adalah mencapai kesejahteraan manusia yang terletak pada perlindungan
                      terhadap kemashlahatan.



                      Al-Ghazali  dalam  hal  pemenuhan  kebutuhan  termasuk  di  dalamnya
                      penggunaan  uang  membaginya  dalam  tiga  skala  prioritas,  yaitu  tingkatan

                      darûrât  (kebutuhan  primer),  tingkatan  hajjât  (kebutuhan  sekunder),  dan
                      tingkatan  tahsînât  /tazniyât  (kebutuhan  tersier).  Dalam  penggunaan  uang

                      ketiga tingkatan ini haruslah didahulukan sesuai dengan skala prioritas. Jangan
                      sampai tingkatan yang kedua dan ketiga mendahului tingkatan yang pertama

                      yang sangat mendasar dan harus terpenuhi.











                                                         57
   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68