Page 99 - BUKU PINTAR TEKNIK BUDIDAYA IKAN DAN UDANG_Press
P. 99
POTRET INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
TAMBAK UDANG
Para petambak perlu mengupayakan membuat instalasi pengolahan air
limbah tambak udang, agar kandungan berbahaya pada limbah berada
di bawah ambang batas sebelum dibuang.
sumber terbesar limbah tambak udang adalah feses udang dan sisa pakan
yang bisa menyebabkan munculnya beragam virus dan mikroorganisme
pathogen, yang berakibat membahayakan kehidupan udang.
meskipun dalam aspek teknologi, iPaL mudah diaplikasikan, Kepala
BLuPPB Karawang, ikhsan Kamil tidak menampik kalau faktor
ketersediaan lahan menjadi pertimbangan. Porsi pengunaan lahan
yang diperlukan untuk tempat pengolahan limbah (iPaL) cukup besar.
sehingga, hal ini menjadi pertimbangan yang cukup berat bagi pelaku
usaha. Pasalnya, lokasi tersebut memungkinkan untuk digunakan
sebagai lahan budidaya.
Terkait keterbatasan lahan, diungkapkan juga oleh Peneliti ahli utama
Bidang Kesehatan ikan dan Lingkungan BrPBaP3, maros, muharijadi
atmomarsono. Pembudidaya udang enggan untuk membangun iPaL
karena perlu lahan sekitar 50% dari total area. Di samping itu, operasional
juga memerlukan biaya dan alat tambahan.
Berbicara mengenai kalkulasi luas lahan tambak, rico Wisnu Wibisono,
COO FisTx berpendapat serupa. ia menuturkan, iPaL menyebabkan
bertambahnya biaya. Kedua, luas areal budidaya semakin berkurang yang
sudah dialokasikan untuk tandon mencapai 30% luas areal budidaya. Jika
ditambah dengan iPaL, luas lahan operasional budidaya akan berkurang.
Faktor lainnya, menurut rico, di samping kurangnya sosialisasi
adalah kondisi lahan sewa dan luas areal petambak rakyat yang tidak
mengindahkan konsep kluster. sehingga, posisi outlet sangat beragam.
BUKU PINTAR TEKNIK BUDIDAYA IKAN DAN UDANG 85