Page 125 - Tenggelamnya Kapal
P. 125

kecantikan itu. Kesanalah muara ingatannya selama ini. Menjalar penglihatan matanya kejarinya
               yang halus bagai duri landak itu,tiba-tiba sampai ke ujung jarinya terbayang kembali olehnya
               inainya. Disitugelap pemandangannya d an timbul ketetapan hatinya. Zainuddin yang selama ini
               biasa sabar menerima cobaan, walau pun bagaimana besarnya, sekali ini tak dapat lagi, ibarat
               bergantang sudah amat penuh, ia berkata dalam hatinya: "Tidak! Pantang pisang berbuah dua
               kali, pantang pemuda makan sisa!"
               Sebanyak itu, yang lebih mendenging di telinganva ialah perkataan mamak Hayati, engku Dt
               ..... tempo hari "Negeri kami! beradat."
               Bila teringat akan itu, terus dia berkata: "Tidak Hayati! Kau mesti pulang kembali ke Padang!
               Biarkanlah saya dalam keadaan begini. Pulanglah ke Minangkabau! Janganlah hendak
               ditumpang hidup saya, orang tak tentu asal ..... Negeri Minangkabau beradat! ..... Besok hari
               Senin, ada kapal berangkat dari Surabaya ke Tanjung Periuk, akan terus ke Padang! Kau boleh
               menumpang dengan kapal itu, ke kampungmu." [198]
               Setelah itu, dikeluarkannya dompetnya, diambilnya wang kertas dari Rp. 100,- tiga helai
               banyaknya .....
               "Buat belanja pulang!" katanya.

               Dia pun keluar dari kamar itu, meninggalkan Hayati duduk seorang diri.
   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130