Page 68 - Tenggelamnya Kapal
P. 68
Sudah biasa dia membuat surat-surat, apa saja macam isinya, tetapi yang sekali ini bingung dia.
Karena belum diketahuinya cara-cara membuat surat meminang anak orang. Setelah pikirannya
ditetapkannya, barulah dia menulis:
Yang mulia engku Dt...... dan segala kaum keluarga di sini
Sesungguhnya, dengan diri sendiri, tidaklah dapat saya datang menghadap kehariban engku-
engku dan kaum kerabat di sini. Karena bahasa Minangkabau yang saya pakai tidak begitu
bagus, jadi tidak dapat saya mengeluarkan perasaan hati dengan sepuas-puasnya Sungguh pun
begitu saya buat surest ini dengan penuh keyakinan dan berserah diri kepada Tuhan, moga-
moga mendapat penerimaan yang baik dari pada engku dan kaum kerabat semuanya. Yaitu,
maksud surat itu: ................
Termenung Zainuddin sebentar, diisapnya dahulu sebatang rokok, baru dapat dimulainya pula:
Saya hendak meminta belas kasihan engku dan kaum kerabat semuanya, menyambut hidup
hamba ini. Sebagaimana engku tahu, ibuku telah mati, ayahku pun demikian pula. Maka berapa
hari yang lalu, saya menerima surat dari pada sahabat handai di Mengkasar, menerangkan
bahwa mak angkat saya telah meninggal pula.
Engku yang terhormat! siapa yang akan saya tepati di Mengkasar. Hanya jerat semata inilah lagi
yang tinggal, cuma tanah asal nenek moyang saya inilah lagi negeri saya, negeri Minangkabau.
Apa gunanya lagi saya sembunyikan maksud hati saya. Sekarang saya katakan terus terang,
saya hendak hidup dengan kemenakan engku, Hayati! Karena sebagai banyak engku dengar di
kampung, sungguh hidup saya tak beruntung kalau tidak dengan dia.
Saya seorang muda yang mempunyai city-cites tinggi, maka sudilah [108] engku dan keluarga
menolong saya menghidupkan cita-cita itu, izinkanlah pertalian saya dengan Hayati.
Engku yang mulia! Saya seorang anak muda yang setia. Jika sekiranya engku sudi menerima
saya untuk kemenakan engku, engku akan beroleh ketnenakan yang penyantun, yang suka
berjuang dalam hidup dengan dada mengenal hosUn dan lemu.
Cukuplah penanggungan saya sejak kecil mengantarkan saya sampai besar, untuk menimbulkan
keinsafan dalam hati saya.
Tak usah engku takut Hayati akan kecewa bersuami saya. Percayalah engku bahwa dia akan
beroleh seorang suami yang kenal kewajibannya, menempuh kesenangan dan kesusahan
dengan hati yang tetap.
Kabulkanlah surat saya engku, saya tak pandai mencari jalan yang saya rasa lebih aman dan
tdak mengecilkan hari, lain dari menginm surat ini.
Zainuddin.
Tak mau juga Zainuddin menerangkan dalam surat itu bahwa dia telah kaya, telah sanggup
menghadapi kehidupan dengan wang tertaruh, karena di zaman sekarang wang adalah sebagai