Page 63 - Tenggelamnya Kapal
P. 63
Sangat sepinya terasa rumah tangga kami setelah engkau pergi Orang yang sebagai engkau ini,
di mana pun rumah yang engkau ziarahi; kegelapan rumah itu akan hilang kena cahaya
mukamu. Udaku Aziz telah kembali ke Padang, tidak berapa lama setelah engkau pulang.
Biarlah dengan terus-terang saya katakan bahwa kegembiraannya hilang saja setelah engkau
pergi. Ibu sendiri kerap menyebut namamu, memuji perangaimu dan memuji kecantikanmu.
Hayati! Adakah kau kenangkan juga nasihatku yang tutus ikhlas terhadap dirimu?
Agaknya tidak berapa hari lagi akan datan kemari salah seorang suruhan dari pihak kaum
kerabat kami, memintamu buat menjadi menantunya untuk udaku Aziz, menurut adat yang
lazim terpakai di negeri kita. Sungguh pun agaknya keluargamu tiada akan keberatan menerima
permintaan kami, hanya sebuah yang dirusuhkan oleh sahabatmu ini, yaitu kalau-kalau engkau
tak mau, atau engkau merasa terpaksa. Kalau demikian, tentu saja kehidupan dan perkawinan
tiadakan beruntung.
Engkau mengatakan tempo hari, bahwa cintanm telah tertumpal kepada Zainuddin, sudah sukar
mengorak buhulnya, dan kehidupan Zainuddin bergantung kepada hidupmu. Maka dengan terus
terang sekali ini kukatakan, bahwu kalau engkau selidiki dengan seksama, sebenarnya bukanlah
Zainuddin cinta akan dikau kalau memang dia hendak mengambilmu jadi isterinya Zainuddin
adalah seorang ahli angan-angan, ahli syair. Orang yang demikian [100] mendirikan seorang
perempuan cantik dalam angan-angannya, untuk memperdalam irama aliran syairnya. Ahli
syair, atau ahli gambar mendirikan malaikat dan bidadari, yang akan dipantun dan
dilukiskannya. Tetapi dia tak boleh bertemu perempuan itu pada hakikat, cukup pada khayal
saja. Sebab perempuan yang berdiri dalam pikirannya itu sunyi dari pada aib dan cela, bersih
daripada dosa dan kesalahan. Tetapi perempuan yang ada pada hakikat, atau manusia yang
sejati, adalah cucu Hawa, Hawa yang beristana dalam syurga dan disuruh keluar dari sana
lantaran salah memakan buah khuldi. Kalau dia bertemu dengan engkau, dan didapatinya
hakikat perempuan pada diri engkau, yaitu hakikat manusia yang tiada sunyi dari pada khilaf
dan salah, maka cinta yang berdiri dalam angan-angannya itu akan segera sirna dan habis.
Karena tidak bertemu apa yang diangan-angannya bermula itu. Waktu itu berganti istana
keberuntungan cinta, dengan gubuk kutukan kebencian. Karena tidak malaikat saja pada diri
Insan. Insan adalah pergabungan kesucian dan kekotoran, kecuali kalau dia telah diangkat
menjadi Nabi dan Rasul, atau Waliullah yang keramat.
Sebab itu, selain dari pada memang sukar mungkin tercapai, lebih baik engkau hapuskan dari
sekarang argan-angan hendak kawin dengan Zainuddin, jangan sampai hatimu rusak binasa.
kelak. Biarkarlah nraksud tuan-trran tak sampai, biarkanlah selama-lamanya dia menyanyikan
engkau dalam syairnya, sebagai bidadari yang hilang, atau sebagai pengharapan yang putus di
tengah. Engkau kecewakan hatinya, artinya engkau memberi nikmat buat dia sebagai seorang
ahli budi dan ahli seni yang tinggi. Kerap sekali gelora ratap penyair, atau ilham lukisan
penggambar hilang tak menentu, bagai air mata jatuh ke dalam pasir, jika maksudnya sampai.
Jadi berarti engkau berikan nikmat kepada orang-seorang, dan engkau cabut dari pada
masyarakat umum.
Meski pun baru dari pada banyak membaca dan mendengar petua orarg tua-tua, dapatlah
kukatakan kepadamu Hayati bahwasanya "cinta" tidaklah teguh untuk mempertalikan laki isteri.
Tali yang teguh ialah kemaslahatan ke dua belah pihak. Cinta ialah bunga melur yang indah
warna dan harum baunya dua hari genap ketiga, selama air masih cukup dalam jembangan,
selama tiga hari itu pula, subur dan indahlah hidupnya. Yang selalu mengancam akan suburnya
ialah kemiskinan. Kalau harta cukup, cinta menjadi, kalau harta tak ada pergaulan terancam.
Cinta itu, Hayati! Cinta atau rindu dendam kasih sayang dan asyik masyuk, biarlah selamanya