Page 125 - 16Feb18-BG Kristen kelas IX.indd
P. 125
sederhana. Namun demikian, apakah menjadi orang Kristen berarti harus menolak
segala-galanya? Menolak modernitas, menolak kemajuan teknologi, bahkan menolak
kehadiran orang beragama lain?
Dr. T.B. Simatupang, seorang teolog awam Indonesia yang pernah menjabat
sebagai kepala staf Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan juga Ketua Dewan
Gereja-gereja di Indonesia (sekarang PGI), ketua Dewan Gereja-gereja Asia, dan
ketua Dewan Gereja-gereja se-Dunia, mencetuskan gagasannya tentang bagaimana
orang Kristen seharusnya hidup di dunia dengan kewarganegaraan ganda dunia dan
sorga. Simatupang mengatakan bahwa orang Kristen harus hidup dengan ”sikap
positif, kritis, kreatif, dan realistis”. Maksudnya, orang Kristen harus berani berbeda
pendapat dengan masyarakat di sekitarnya. Namun itu tidak berarti sekadar berbeda
pendapat, sebab kita pun harus dapat bersikap positif apabila memang apa yang kita
hadapi itu baik dan benar. Kita harus dapat bersikap kreatif dalam menghadapi situasi-
situasi yang sulit, namun kita juga harus realistis dalam arti menyadari keterbatasan-
keterbatasan yang ada pada kita. Hal ini cocok dengan apa yang dikatakan Reinhold
Niebuhr, seorang teolog Amerika Serikat, dalam doanya:
Tuhan, berikan aku keteduhan hati
untuk menerima hal-hal yang tidak dapat kuubah,
Keberanian untuk mengubah hal-hal yang dapat kuubah,
Dan hikmat untuk mengetahui perbedaannya.
Menjalani kehidupan dari hari ke hari,
Menikmati satu saat pada setiap waktu,
Menerima penderitaan sebagai jalan menuju perdamaian,
Menerima, seperti yang Kristus lakukan, dunia yang penuh dosa ini,
sebagaimana adanya, bukan seperti yang kuharapkan,
Percaya bahwa Ia akan membuat segala sesuatunya beres
bila aku berserah kepada kehendak-Nya,
Agar aku cukup berbahagia di dalam hidup ini
dan teramat bahagia bersama-Nya
selama-lamanya, dalam kehidupan yang akan datang.
Amin.
Dengan doanya ini, Niebuhr ingin menunjukkan kepada kita bahwa ada hal-hal
yang harus kita lawan dan ubah. Begitu pula sebaliknya, ada yang tidak dapat kita
ubah, karena mungkin waktunya belum tiba atau karena Allah justru ingin agar kita
menerimanya. Bila kita mengetahui perbedaan antara keduanya, maka kita akan
memperoleh kekuatan untuk melawan dan mengubah hal-hal yang dapat kita ubah,
karena kita yakin dan percaya bahwa Allah ada bersama kita. Namun sebaliknya,
kita juga akan mampu menerima dan bahkan menyambut perubahan-perubahan itu
di dalam hidup kita karena kita tahu bahwa Allah justru menginginkan hal itu terjadi.
Nah, sulitnya kita sering kali tidak mempunyai hikmat yang cukup untuk
mengetahui di mana perbedaannya. Umat manusia berulang kali jatuh dalam kesalahan
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
117