Page 17 - kebudayaan
P. 17
B. Struktur Buku
Buku ini ditulis salah satunya dengan tujuan untuk menumbuhkan
kembali kesadaran akan berbangsa dan bernegara. Hal tersebut dapat
dilihat dari karya budaya yang berbentuk manuskrip dengan judul
Sanghyang Siksakandang Karesian, Amanat Galunggung, dan Bujangga
Manik, manuskrip yang lain Syair Perang Mengkasar, cerita rakyat
dari Jambi dengan judul “Orang Kayo Hitam”, relief candi Prambanan
dengan kisah Ramayana dan Kresnayana, novel Jalan Tak Ada Ujung
karya Mochtar Lubis, puisi dengan judul “Kepada Saudaraku M.
Natsir” karya Hamka, novel karya pengarang Tionghoa Kwee Tek
Hoay dengan judul Drama di Boven Digul dan Zonder Lentera.
Manuskrip Sunda merupakan salah satu karya budaya yang
dibahas dalam buku ini. Naskah Sanghyang Siksakandang Karesian
mengisahkan seluk beluk kehidupan masyarakat Sunda, naskah
Amanat Galunggung mengisahkan usaha Darmasiksa membuka
wilayah Galunggung, dan naskah Bujangga Manik mengisahkan
seorang raja yang lebih suka hidup menjadi seorang resi. Apa yang
diungkapkan di dalam naskah-naskah tersebut adalah kearifan lokal
yang berasal dari masyarakat Sunda yang akan bermanfaat untuk
membangun kebangsaan.
Selain dari wilayah Sunda, manuskrip yang dibahas juga berasal
dari Makassar, yakni Syair Perang Mengkasar. Naskah ini merekam
pemikiran masyarakat Makassar yang memperlihatkan usaha-usaha
Kerajaan Gowa dalam mempertahankan kekuasaannya dari Belanda
dan sekutunya. Dari dalam naskah ini coba digali protonasionalisme
yang merupakan bentuk ide-ide kebangsaan sebelum Indonesia Buku ini tidak diperjualbelikan.
merdeka.
Karya budaya yang sudah dihasilkan di masa lampau lainnya
adalah cerita rakyat. Salah satu cerita rakyat tersebut adalah cerita-
cerita yang menyangkut seorang tokoh bernama Orang Kayo Hitam.
4 Narasi Kebangsaan dalam ...