Page 22 - kebudayaan
P. 22
manuskrip Melayu dan manuskrip yang ada di tanah Jawa, salah
satunya manuskrip Sunda. Berdasarkan penelusuran data melalui
Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 5A (1998), saat ini
manuskrip Sunda disimpan di beberapa tempat koleksi, baik di dalam
maupun di luar negeri dan sebagian lagi tersebar di masyarakat.
Tempat-tempat koleksi yang menyimpan manuskrip-manuskrip itu,
selain di Perpustakaan Nasional, adalah Museum Nasional di Jakarta,
Museum Negeri Jawa Barat di Bandung, Museum Pangeran Geusan
Ulun di Sumedang, dan Museum Cigugur di Kuningan. Di Museum
Nasional Jakarta tercatat sekitar 500 naskah Sunda yang ditulis di
dalam media kertas dan daluang, serta sekitar 40 buah manuskrip
yang ditulis pada daun lontar, nipah, dan lain-lain. Di Museum Negeri
Jawa Barat, terdapat sekitar 150 buah naskah, sedangkan di Museum
Geusan Ulun Sumedang ada 15 buah manuskrip, dan di Museum
Cigugur Kuningan ada 25 buah manuskrip. Sementara itu, di Keraton
Kasepuhan Cirebon, menurut berbagai sumber, tersimpan naskah
sebanyak dua buah peti (Widiesha, 2013).
Di antara sekian banyaknya koleksi manuskrip yang berada di
Museum Geusan Ulun, Sumedang, manuskrip Sunda yang menjadi
objek pemaparan artikel ini adalah manuskrip Sunda Sanghyang Sik-
sakandang Karesian, Amanat Galunggung, dan Bujangga Manik. Ketiga
manuskrip tersebut memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang dapat
dijadikan cermin nilai kebangsaan dan kebinekaan pada masyarakat
Sunda sejatinya telah ada sejak zaman dahulu. Manuskrip sebagai
bahan kajian kebangsaan dan kebinekaan dalam tulisan ini akan dikaji
dalam dua pokok bahasan, yaitu filologi dan sejarah. Sejalan dengan Buku ini tidak diperjualbelikan.
dua hal itu, berikut penulis kemukakan dasar teoretis dan pengertian
yang menjadi pijakan tulisan ini.
Dalam penelitian filologi, unsur sejarah sangat berpengaruh
besar. Menurut Liauw (1993), sastra sejarah adalah karya sastra yang
banyak mengandung peristiwa sejarah. Dalam karya tersebut terdapat
Kebangsaan dalam Manuskrip ... 9