Page 252 - Pendidikan-Agama-Islam-dan-Budi-Pekerti-Kelas-9
P. 252

kurban  dan  ketiga  grebeg  maulud  setiap  tanggal  12  Rabiul  awwal
                                untuk  memperingati  hari  Maulid  Nabi  Muhammad  saw.  Selain  kota
                                Yogyakarta yang menyelenggarakan pesta grebeg adalah kota Solo,
                                Cirebon dan Demak.

                             f.  Grebeg Besar di Demak
                                    Tradisi Grebeg Besar merupakan upacara tradisional yang setiap
                                tahun  dilaksanakan  di  Kabupaten  Demak  Jawa  Tengah.  Tradisi  ini
                                dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijjah bertepatan dengan datangnya
                                Hari Raya Idul Adha atau Idul Kurban. Tradisi ini cukup menarik karena
                                Demak merupakan pusat perjuangan Walisongo dalam dakwah.
                                    Pada awalnya Grebeg Besar dilakukan tanggal 10 Dzulhijjah tahun
                                1428  Caka  dan  dimaksudkan  sekaligus  untuk  memperingati  genap
                                40 hari peresmian penyempurnaan Masjid Agung Demak. Mesjid ini
                                didirikan  oleh  Walisongo  pada  tahun  1399  Caka,  bertepatan  1477
                                Masehi. Tahun berdirinya masjid ini tertulis pada bagian Candrasengkala
                                “Lawang Trus Gunaning Janmo”.
                                    Pada tahun 1428 tertulis dalam Caka tersebut Sunan Giri meresmikan
                                penyempurnaan masjid Demak. Tanpa diduga pengunjung yang hadir
                                sangat banyak. Kesempatan ini kemudian digunakan para Wali untuk
                                melakukan  dakwah  Islam.  Jadi,  tujuan  semula  Grebeg  Besar  adalah
                                untuk  merayakan  Hari  Raya  Kurban  dan  memperingati  peresmian
                                Masjid Demak.

                             g.  Kerobok Maulid di Kutai dan Pawai Obor di Manado
                                    Di kawasan Kedaton Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur,
                                juga diselenggarakan tradisi yang dinamakan Kerobok Maulid. Istilah
                                Kerobok  berasal  dari  Bahasa  Kutai  yang  artinya  berkerubun  atau
                                berkerumun oleh orang banyak. Tradisi Kerobok Maulid dipusatkan di
                                halaman Masjid Jami’ Hasanuddin, Tenggarong. Tradisi ini dilaksanakan
                                dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw., tanggal
                                12 Rabiul Awwal.
                                    Kegiatan Kerobok Maulid ini diawali dengan pembacaan Barzanji
                                di Masjid Jami’ Hasanudin Tenggarong. Kemudian dari Keraton Sultan
                                Kutai,  puluhan  prajurit  Kesultanan  akan  keluar  dengan  membawa
                                usung-usungan yang berisi kue tradisional, puluhan bakul Sinto atau
                                bunga rampai dan Astagona.
                                    Usung-usungan ini kemudian dibawa berkeliling antara Keraton dan
                                Kedaton Sultan dan berakhir di Masjid Jami’ Hasanuddin. Kedatangan
                                prajurit  keraton  dengan  membawa  Sinto,  Astagona  dan  kue-kue  di
                                Masjid Hasanudin ini akan disambut dengan pembacaan Asrakal yang
                                kemudian  membagi-bagikannya  kepada  warga  masyarakat  yang
                                ada di dalam Masjid. Akhir dari upacara Kerobok ini ditandai dengan
                                penyampaian hikmah maulid oleh seorang ulama.





                      244   Kelas IX SMP/MTs
   247   248   249   250   251   252   253   254   255   256   257