Page 27 - PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DENGAN KEKUATAN SENJATA
P. 27

berbagai kelaskaran. Pada tanggal 21 November 1945 Sekutu mengeluarkan ultimatum
                     agar para pejuang menyerahkan senjata dan mengosongkan Bandung Utara. Ternyata

                     ultimatum  itu  tidak  diindahkan  oleh  pihak  pejuang.  Insiden  terjadi,  para  pemuda
                     melakukan  penyerobotan  terhadap  kendaraan-kendaraan  Belanda  yang  berlindung  di

                     bawah Sekutu. Penculikan juga sering terjadi.


                     Peristiwa yang memperburuk keadaan terjadi pada tanggal 25 November 1945. Selain

                     menghadapi  serangan  musuh,  rakyat  menghadapi  banjir  besar  meluapnya  Sungai
                     Cikapundung. Ratusan korban terbawa hanyut dan ribuan  penduduk kehilangan tempat

                     tinggal.  Keadaan  ini  dimanfaatkan  musuh  untuk menyerang rakyat yang tengah

                     menghadapi musibah.


                     Dalam suasana yang demikian itu, Majelis Dewan Perjuangan tidak sabar  menunggu

                     reaksi dari pemerintah. Majelis yang terdiri dari berbagai kesatuan  ini  memutuskan  untuk
                     melancarkan  perlawanan.  Pada  malam  hari  tanggal  24 - 25 November 1945 rakyat

                     Bandung melancarkan serangan terhadap posisi-posisi Sekutu dan NICA.


                     Tanggal 23 Maret 1946, pihak Sekutu kembali mengeluarkan ultimatum. Isi ultimatum itu

                     adalah agar TRI mengosongkan seluruh kota Bandung dan mundur ke luar kota dengan
                     jarak 11 km. Untuk menghindari penderitaan rakyat dan kehancuran kota Bandung, maka

                     Pemerintah RI menyetujui untuk melaksanakan pengosongan kota Bandung.


                     Kolonel  Abdul  Haris  Nasution  sebagai  Komandan  Divisi  III  Siliwangi
                     menginstruksikan rakyat untuk mengungsi pada tanggal 24 Maret 1946. Malam harinya

                     bangunan-bangunan penting mulai dibakar dan ditinggalkan  mengungsi  ke  Bandung

                     Selatan oleh sekitar 200.000 warganya. Kota Bandung yang terbakar ini juga disaksikan
                     oleh istri Otto Iskandardinata yang masih menunggu kabar kepastian hilangnya sang suami.

                     Warga  mengungsi  dengan  membawa  barang  seadanya,  sebagian  mengatur

                     perjalanan ke pengungsian, sebagian menyelamatkan dokumen-dokumen kota, sebagian
                     membakar gedung-gedung penting, bahkan meledakkan bangunan- bangunan besar,

                     hingga instalasi militer pun  dihancurkan,  salah satunya gudang mesiu yang diledakkan
                     oleh Mohammad Toha yang gugur bersama ledakan. Tengah malam kota Bandung yang





                                                                                                        26
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32