Page 349 - Tan Malaka - MADILOG
P. 349

dengan  aliran  pikiran,  yang  bertentangan  dengan  common  sence  dan
             Logika  pikiran  sehat  dan  undang  berpikir.  Orang  sehat  pikiran  mesti
             bertanya: kenapa Sang Arjuna tak sembunyi dalam roti martabaknya Raja
             Manimataka  saja  ...............  Kemudian  ya,  kemudian  sesudah  mati,
             martabak  itu  ditelan-sungkahkan  oleh  Manimataka  itu  Sang  Arjuna
             dengan Panah Pasupati dan laskar yang bisa disihirnya itu, bersorak-sorak
             atau menari hula-hula, dari rangkungannya sampai keujung ususnya. Apa
             guna  bagi  balatentara  sebanyak  itu,  senjata  lengkap  buat  pertarungan
             serupa  mati-matian  seperti  manusia  biasa!  Sambpai  berkali-kali  Sang
             Arjuna mesti semedi? 1001 pertanyaan bisa dibikin, tetapi tak satu pun
             jawab  bisa  masuk  akal.  Anak-anak  atau  orang  dewasa  yang  dididik
             dengan  cerita  keanak-anak,  nonsense,  omong  kosong  boleh  percaya,
             rusak binasa kecerdasan inteleknya oleh cerita yang dipuja semacam itu.
             Hal  ini  sudah  lama  dan  sangat  menyedihkan  hati  saya,  karena  hal  ini
             bergentung dengan politik semangatnya sebagian besar Rakyat Hindustan
             dan  Negara  muridnya,  ialah  Indonesia.  Cerita  Hindu  semacam  ini,
             Ramayana  dan  Mahabarata,  yang  jadi  bahannya  wayang  itu  tidaklah
             senilai  dan  segolongan  dengan  cerita  Arab  1001  malam.  Bangsa  Arab
             tidaklah  lemah,  goblok  bertahyul  dan  menganggap  cerita  itu  sebagai
             kiasan saja ........ tak 1/1001 diantara cerita 1001 malam itu yang menjadi
             kepercayaan dan haluan hidupnya Arab.

             Keulungan cerita 1001 malam walaupun berasal dari Hindustan, terletak
             kepada  ketinggian  pikiran  yang  bisa  melayang.  Buat  bangsa  Arab  dan
             Eropa,  juga  Tionghoa,  yang  berdiri  dengan  dua  kakinya  ditanah  pada
             dunia  sebenarnya,  dunia  bukti,  perlayangan  pikiran  itu,  adalah  satu
             pertengahan .......... buat tamasya ketaman impian, fantasi, seperti jasmani
             perlu  olah  raga,  sport  atau  pelantunan  sesudah  mengerjakan  pekerjaan
             berhasil,  begitu  juga  pikiran  perlu  beristirahat,  dilayangkan  sesudah
             bekerja  rapi  teratur  dan  berdasarkan  bukti.  Bukanlah  1001  malam  atau
             fairytales,  cerita  peri  dan  bidadari  yang  lain-lain  itu  dianggap  sebagai
             hasrat  yang  murni  yang  bisa  didapat  dengan  jalan  semedi  (tapa),  yang
             mengambil hampir seluruh tenaga, pikiran dan tempo, dengan hasil yang
             hampa.
             Perkara 2. JIWA.

             Tuan anggap jiwa itu seperti sesuatu yang terpisah, tunggal, sendirinya,
             sesuatu  anugerah  yang  diterima  oleh  manusia  saja,  akhirnya  sesuatu
             anugerah yang bulat sempurna. Ada diantara tuan yang percaya, bahwa
             kalau  seseorang  mati,  maka  jiwa  itu  meninggalkan  jasmani  dan
             melayang-layang  dialam  ini,  seolah-olah  seekor  burung  yang  tak



             348
   344   345   346   347   348   349   350   351   352   353   354