Page 353 - Tan Malaka - MADILOG
P. 353

Kalau diuji dengan Logika kita terpaksa  mengakui bahwa Maha  Kuasa
             itu, dalam hal ini di Egypte ialah Dewa Ra, sama diri (selfsim) dengan
             Alam dan Kodratnya.

             Saya ulang: Yang Mahakuasa itu sama diri (idealistic) dengan alam dan
             kodratnya,  seblaiknya  alam  dan  kodrat  itu  sama  diri  dengan  yang
             Mahakuasa.  Buat  sebentar  saya  mohonkan  kepada  tuan,  buat  sebentar
             saya minta tuan mendengarkan akibat yang mengenai pengakuan, andaian
             yang diatas ini. kalau ktia andaikan Yang Mahakuasa itu ialah Atman dan
             Kodratnya,  maka  pertama  sekali  sungugh  banyak  paham  lama  tentang
             Alam dan Kodratnya, yang tiada cocok lagi dengan pengetahuan zaman
             sekarang  tentang  Alam  dan  Kodratnya  itu.  Paham  Lama  itu  mesti  kita
             buangkan  dari  otak  yang  dewasa  dalam  masyarakat  kita  dan  tak  boleh
             dimasukkan  lagi  kedalam  otak  muda  lemah,  pemuda  dan  pemudi  kita,
             didikan masyarakat mesti berdasarkan yang nyata, yang pasti, yang cocok
             dengan ilmu dan peralaman. Cuma dengan jalan itu kita bisa mendapat
             kemajuan jasmani dan rohani dalam semua lapangan. Betul pula semua
             kemajuan jasmani dan rohani dalam semua lapangan itu mestinya yang
             cocok dengan pengetahuan yang pasti tentang Alam dan Kodratnya.
             Bukanlah  sekali-kali  dimaksudkan  bahwa  kita  mesti  menista  dan
             merendahkan  pemikir  ahli  filsafat,  yang  sudah  memberi  jawaln  dan
             petunjuk kepada masyarakat berabad-abad lamanya sampai kita menaiki
             tingkat masyarakat yang sekarang. Sebaliknya kita mesti teruskan memuji
             jasa  mereka  dengan  sepatutnya,  seperti  pujian  yang  dikirimkan  pada
             arwah nenek moyang kita yang berjasa besar.
             Semua  kekurangan  mereka  yang  kita  saktikan  sekarnag  bukanlah
             disebabkan kekurangan kejujuran dan kecapakan, melainkan kekurangan
             perkakas  dan  jasa  berpikir,  kekurangan  sejarah,  yang  juga  berarti
             kekuasaan.
             Bukanlah  pula  dimaksudkan  bahwa  kita  sekarang  mesti  mencuci  maki
             dan  menghinakan  pemimpin  rohani  masyarakat  kita  yang  sekarang
             dengan tiada memandang bulu dan warna. Ktia mesti akui penuh, bahwa
             masih banyak tiada semuanya diantara pemimipn rohani masyarakat kita
             zaman sekarnag, yang walaupun banyak mengandung pengetahuan yang
             tiada lagi cocok dengan zaman, mereka berhati jujur, tulus, dan ikhlas,
             beriman, beribadat dan mengajarkan kepercayaan nya itu dengan sungguh
             dan lurus hati. Sekali-kali mereka ini tiada pantas menerima penghinaan
             atau upatan usaha dan jasa mereka selama ini mesti diakui penuh.






             352
   348   349   350   351   352   353   354   355   356   357   358