Page 357 - Tan Malaka - MADILOG
P. 357

itu berarti permulaan kodrat, hidup, dan jiwa baru: Benda, Tumbuhan,
             Hewan dan Manusia.

             Perhentian kodratnya benda, perhentian hidupnya tumbuhan dan hewan
             itu,  semuanya  boleh  memperkukuh  atau  meneruskan  jiwanya  manusia
             (makanan manusia).

             Pada tingkat pertama sekali pada satu bumi, bisa ditentukan awalannya
             Jiwa, yakni pada saat Alam Raya membentuk manusia. Pada masa bumi
             sudah mengandung manusia ini, maka awalnya Jiwa berarti benda-mati
             (dalam  jasmani  ibu)  dari  akhir-nya  Jiwa  berarti  awal-nya  benda,  yang
             mati dan yang hidup dalam Alam Raya. Pada tingkat ini sudah tak ada
             awal dan tak ada akhir lagi, diantara Jiwa dan Benda.

             Pada  tingkat  yang  hidup  itu  yakni  manusia,  hwan  dan  tumbuhan  itu,
             musnah  dari  bumi  kita,  maka  akhirannya  Jiwa  berarti  awalnya  Benda.
             Tetapi akhirnya Benda tiada lagi berarti awalnya Yang Hidup. Boleh jadi
             sekali, kisahnya Yang Hidup itu akan dimulai lagi, kalau sekrang belum
             lagi  dimulai,  tentulah  disalah  satu  dari  puluhan  ribuan  bumi  di  Alam
             Raya ini.

             Hampir  tidak  berani  saya  meneruskan  ikhtisar  diatas  ini.  Dikiri  kanan
             dimuka dan dibelakang, diantara yang hidup dan yang mati saya melihat
             sikap  mereka  yang  kehilangan  kesabaran,  mengancam  atau  memprotes
             terhadap  tulisan  saya  yang  senonoh  ini.  Riuh  rendah  saya  dengarkan
             teriak  yang  boleh  dibulatkan  dengan:  kalau  begitu  akhirnya  (jiwa)
             manusia, apa gunaya pengeritan dan buruk-baik dan pekerjaan yang baik?
             Kalau  orang  tiada  lagi  berpengharapan,  mendapat  upah,  selambat-
             lambatnya  di  Akhirat,  dimanakah  lagi  tempat  bersandarnya  iman  dan
             kukuh  kuat?  Kalau  orang  tiada  lagi  takut  pada  hukuman  selambat-
             lambatnya diakhirat, pada siapakah orang akan takut berbuat jahat?
             “Pengertian buruk-baik tak akan berguna! Iman untuk berbuat baik dan
             kehilangan  sendi”,  beginilah  sari  bertimbun-timbun  keberatan  yang
             dimajukan  oleh  para  pemikri  ahli  filsafat,  pemimpin,  alim  ulama,  yang
             betul-betul  jujur  dan  sungguh  terhadap  keyakinan  dan  pekerjaan,  serta
             terhadap  diri  dan  masyarakatnya.  Diantara  mereka  ada  yan  gsudah
             berjanggut ptuih panjang dan bertahun-tahun menjalankan keyakinannya.
             Bahkan  tentang  tentang  buruk-baik  itu  dengan  iman  sekeras  baja  tiada
             semuanya  pula  menajalankan  keyakinannya.  Semata-mata  karena  takut
             akan  hukuman  mereka  atau  mengharapkan  upah  disurga.  Bahkan  ada
             pula diantara mereka yang dalam batinnya mengakui kebenaran S c i e n
             c e, dan menganggap hukuman Neraka dan Upah Surga itu, Cuma



             356
   352   353   354   355   356   357   358   359   360   361   362