Page 360 - Tan Malaka - MADILOG
P. 360

Iman itu pecah pada tempat dia tak boleh pecah. Yang memecah iman itu
               ialah mereka yang dianggap tak akan memecahnya. P a g a r y a n g m e
               m  a  k  a  n  t  a  n  a  m  a  n,  kata  pepatah  kita.  Kalau  insinyur  itu  tak
               menjalankan  suruhan  Agama  dan  Kitabnya,  tiadalah  berapa
               mengherankan,  karena  lebih  lekas  seseorang  bisa  percaya,  yang  seekor
               kodok bisa tertawa, dari seorang insinyur zaman sekarang bisa percaya
               pada b i k i n a n A l a m, dalam 6 hari menurut Kitab Injil itu. Menurut
               Logika kalau satu saja diantara beberapa perkara  yang dianggap benar,
               dibelakangnya  kelihatan  salah,  maka  semuanya  perkara  itu  boleh  jadi
               salah,  tiada  benar.  Kalau  satu  saja  diantara  beberapa  perkara  yang
               selamanya  dianggap  benar,  Firmannya  Tuhan,  dibelakangnya  nyata
               bertingkah  dengan  Ilmu  Bukti  tak  benar.  Tidaklah  pula  mengherankan,
               kalau seorang dokter yang mestinya paham akan teori evolusinya Darwin,
               pecah imannya, kalau iman itu berdsarkan d o n g e n g Adam dan Siti
               Hawa  dalam  Kitab  Injil.  Tak  mengherankan  kalau  seorang  pendeta
               Katholik  pecah  imannya,  kalau  Nabi  Daud  sendiripun  bisa  pecah
               imannya terhadap si cantik molek walaupun ketika itu Nabi Daud sudah
               cukup tua berbini dan beranak. Apalagi kalau iman yang pecah itu boleh
               dibulatkan  kembali,  dosa  itu  bisa  ditebus  dengan  mengeluarkan
               kemenyesalan dan tobat.
               Jadi  perkara  pengertian  buruk-baik  dan  pecah  iman,  yang  menjadi
               keberatan buat mereka yang jujur, berpengalaman itu, terdapatnya sampai
               sekarang ini pada golongan yang memajukan keberatan itu sendiri; pada
               golongan yang beragama sendiri; pada yang percaya akan gunanya Tuhan
               sebagai Penghukum dan Pengupah. Walaupun mereka tahu akan buruk-
               baiknya sesuatu pekerjaan, hukuman upahnya sesuatu pekerjaan kelak di
               Akhirat,  walau  mereka  sendiripun  sadar  akan  kewajibannya  sebagai
               pemimpin,  golongan  mereka  sendiri  tak  bisa  memegang  imannya.
               Dengan  begitu  sebetulnya  pokok  ini,  walaupun  beberapa  diantaranya
               yang  berlaku  jujur  tak  berhak  lagi  memajukan  perkara  teguh  atua
               lemahnya iman itu.
               Semenjak Revolusi Komunis 1917 di Russia, pengertian buruk-baiknya
               dan  iman  itu  oleh  partai  yang  memimpin  Rakyat  di  sana,  tiada  lagi
               didasarkan pada Hukuman dan Upahnya Tuhan di Akhirat. Seperti dunia
               mengetahui Rusia yang diangkat oleh Partai Komunis dari kerubuhannya
               dibawah  Pemerintah  Tsar,  yang  masih  menderita  bermacam-macam
               kelemahan,  dalam  hal  teknik,  ekonomi  dan  sosial  pada  permulanannya
               bisa menggagalkan serangan beberapa Negara. Iman yang keras itu tiada
               terdapat  pada  140  juta  orang  Russia,  tetapi  Cuma  pada  lk  6000  orang



                                                                                         359
   355   356   357   358   359   360   361   362   363   364   365