Page 363 - Tan Malaka - MADILOG
P. 363

malaikat maut dan sungguh percaya dan takut kejut pada Neraka itu, pada
             Azabnya Tuhan.

             Sekali lagi tetapi buat terakhir!
             Kalau  tuan  yang  menantang  musuh  atau  malaikat  maut  itu  seorang
             Kristen, tiadalah cukup semangat yang tuan bisa peroleh dari peringatan
             pada sikap Nabi Isa diatas palang gantungan? Saya maksud ialah sikap
             tahan – jujur?
             Kalau tuan yang menantang musuh dan malaikat maut itu seorang Islam
             sejati, tiadakah akan cukup kuat tuan peringatkan pada sikap Muhammad
             SAW  dalam  bermacam-macam  bahaya.  Yang  saya  maksud  juga  sikap
             tahan jujur sebagai sikap Nabi Isa.

             Kalau tuan seorang yang jantan, belumkah cukup tuan bangunkan segala
             kodrat  yang  ada  dalam  badan  sedniri  dengan  perkataan  yang  jitu  dan
             pemusatan pikiran yang kental kokoh?

             Tuan  ingatlah  jago  yang  sudah  berlumur  darah  itu,  yang  tak  berdaya
             berdiri  lagi  itu,  kalau  dihadapan  kembali  pada  musuhnya  terus
             menantang.
             Azab api Neraka?

             “Dimanakah tempatnya Neraka itu?”, tanya saya.

             “Itu Kekuasaan Tuhan”, jawab tuan.
             “Apa bahannya api Neraka yang menyala terus-menerus itu?”, tanya saya
             pula.

             “Itu kekuasaan Tuhan!”, jawab tuan.
             “Bagaimana  bisa,  mayat  juta-jutaan  kafir  dan  Islam  yang  sudah  puluh
             ribuan tahun hancur luluh dan lebur dalam  tanah udara, air, tumbuhan,
             hewan dan manusia (Islam dan kafir), bangsat itu bisa digenap bulatkan
             kembali”, tanya saya.
             “Itu kekuasaan Tuhan”, jawab tuan pula.

             Banyak  lagi  pertanyaan  yang  saya  mau  dan  bisa  majukan,  tetapi  saya
             sudah tahu jawaban tuan.

             Semua jawab tuan itu berada di luar Madilog. Tetapi semuanya jawab itu
             saya akui buat meneruskan pembicaraan kita.
             Sekarang saya peringatkan pada tuan satu hal yang terpenting, yang tuan
             sendiri juga ketahui dan muliakan, junjung tinggi setinggi langit. Hal ini



             362
   358   359   360   361   362   363   364   365   366   367   368