Page 74 - Tan Malaka - MADILOG
P. 74

sudah, katanya. Barangkali karena teori ini masih muda maka ia belum
               bisa  didefinisikan,  seperti  juga  listrik  umpamanya.  Listrik  bisa
               ditimbulkan,  diukur  dan  dipakai  kekuatannya,  tetapi  kalau  ditanyakan
               “apa”  lsitrik  itu,  maka  jawabnya  masih  berupa  hipotesis.  Hal  ini  saya
               pikir  tidaklah  merugikan.  Sepanjang  perkiraan  saya,  selama  masih  ada
               pemikir  dan  pikiran  di  dunia  ini,  selama  itu  pula  akan  terus  menerus
               adanya  hypotheses,  azioma,  postulates,  dugaan  sebagai  pangkalan
               berpikir.  Seperti  sebuah  pangkalan  kapal  bisa  diganti,  begitu  juga
               hipotesis tadi bisa diganti.

               Maksud saya mengemukakan teori relativitas ini adalah untuk sekali lagi
               menasehati pemuda kita  yang punya otak dan waktu, agar mempelajari
               teori yang dianggap paling penting ini. Cuma berhubung dengan nasehat
               ini,  maka  saya  sedikit  hendak  menguraikan  kesan  yang  saya  peroleh
               tentang teori muda ini.

               Lima belas tahun lalu saya pelajari sendiri teori ini sewaktu di Tiongkok.
               Sesudah  itu  saya  sama  sekali  tak  membaca  buku  tentang  itu.  Sekarang
               sudah tentu bukan waktunya dan sama sama sekali tak ada pustaka buat
               mempelajarinya  sekali  lagi.  Memang  dulu  saya  sudah  bisa  memahami
               beberapa  rumus  Lorentz  yang  dipakai  oleh  Einstein.  Tapi  tak  satu  pun
               rumus  itu  masuk  ke  dalam  jembatan  keledai  ingatan  saya.  Kesan
               terpenting  yang  saya  dapatkan  dari  teori  ini  adalah  kesan  yang
               berhubungan dengan maksud buku ini, yakni reaksi persinggungan “arah”
               dan kecepatan”, suatu pergerakan dengan “titik pandang”.
               Contoh  (dari  saya  sendiri):  sebuah  kereta  api  berjalan  dari  Timur  ke
               Barat. Seorang penumpuang dalam kereta api itu berjalan dari Barat ke
               Timur,  jadi  arah  penumpang  itu  bertentangan  dengan  arah  kereta  api.
               Tetapi  dipandang  dari  satu  titik  di  atas  rel  kereta,  maka  si  penumpang
               sama arahnya dengan kereta, ialah dari Timur ke Barat (kecuali kalau si
               penumpang  berjalan  lebih  cepat  dari  kereta).  Dipandang  dari  satu  titik
               pada  lingkaran  bumi  mengelilingi  matahari,  maka  orang  tadi  dengan
               bumi ini berjalan dari Barat ke Timur. Demikianlah arah tadi bergantung
               pada “titik” memandang.

               Kecepatan juga begitu! Dua orang, A dan B berjalan bersongsongan. A
               berjalan menuju B dan B berjalan menuju A. Kecepatan A 7 km/jam dan
               B  6  km/jam.  Jadi  dalam  1  jam  A  13  km  menghampiri  B.  Sekarang
               mereka bertemu pada satu titik. Dari titik ini mereka sama-sama berjalan,
               umpamanya  dari  Barat  ke  Timur.  Kalau  sekarang  A  melihat  pada  B,
               maka tiap-tiap jam A meninggalkan B 1 km (7-6). Kalau dibandingkan




                                                                                          73
   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79