Page 72 - Tan Malaka - MADILOG
P. 72

Indonesia. Di daerah yang saya kenal ketika saya masih pemuda, kegiatan
               untuk berhitung itu memang luar biasa. Di tanah Batak dan Minangkabau
               kegiatan  itu  sampai  ke  puncak.  Di  lain  tempat  di  Jawa  Tengah
               umpamanya,  saya  dengar  begitu  juga.  Tetapi  kita  tak  mempunyai
               pimpinan.  Pendidikan  ala  sekolah  Belanda  tak  menambah,  bahkan
               membunuh  kegiatan  matematika.  Kalau  si  murid  mempelajari
               matematika,  bukan  karena  ia  suka  pada  ilmu  itu,  melainkan  karena  ia
               terpaksa  mempelajari,  untuk  mendapatkan  pangkat  yang  tinggi,  seperti
               opzicthter  atau  insinyur.  Tetapi  kalau  ia  sudah  mendapat  angka  yang
               memuaskan, matematika sebagai pelatih otak dia lemparkan sama sekali.
               Perhatiannya dari mula sampai akhir semata-mata pada gaji. Selain itu,
               ribuan pemuda yang bersemangat pada matematika khususnya dan sains
               pada  umumnya  tidak  mendapat  kesempatan  sama  sekali.  Akibat
               kemiskinan.

               Apabila soerang murid kelas bawah dari sekolah rakyat kebetulan masuk
               ruang kelas tertinggi dari sekolah itu dan melihat satu soal aritmetika di
               papan tulis,  maka kagumlah dia. Berapa kali pun ia baca, dia tak akan
               mengerti persoalan itu. Apalagi menyelesaikannya. Apabila murid kelas
               tertinggi  dari  sekolah  rakyat  tadi  melihat  satu  problem  matematika  di
               sebuah  papan  tulis  sekolah  menengah,  maka  kekaguman  yang  kita
               sebutkan tadi bertukar ketakjuban. Ia merasa kepandaiannya picik sekali.
               Dirinya  tak  berarti,  Angka,  huruf,  garis,  dan  sudut  kacau  balau  di
               matanya. Sama sekali rahasia baginya. Membingungkan.
               Sebenarnya  matematikalah  yang  paling  gampang  kalau  dibandingkan
               dengan sains yang lain, yaitu bagi mereka yang berpikir logis dan cerdik
               memakai  cara.  Bagi  mereka  semacam  ini,  tak  perlu  banyak
               menghafalkan. Sedangkan ilmu-ilmu lain, seperti ilmu bumi dan sejarah,
               perlu hafal menghafal berulang-ulang. Acapkali buktinya tak terorganisir
               dan tidak umum layaknya matematika dan ilmu alam. Untuk matematika,
               cukup kalau teori  yang tak seberapa banyak itu dipegang dan terutama
               sekali berpegang teguh pada cara berpikir seperti yang sudah diuraikan.
               Berbeda  dengan  ilmu-ilmu  lain,  matematika  sangat  teratur  tingkatnya,
               dari yang paling mudah ke yang sedikit lebih susah, dari sedikit susah ke
               tingkat  sedikit  lebih  tinggi,  begitulah  terus  sampai  ke  puncak  setinggi-
               tingginya. Bagi pemuda  yang berdarah logis dan cerdik,  maka sekalian
               tingkat  itu  bisa  dinaiki  dengan  gampang.  Tidak  sadar  mereka  tiba-tiba
               sudah sampai ke puncak.






                                                                                          71
   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77