Page 69 - Tan Malaka - MADILOG
P. 69
dengan dua atau tiga biji pisang, barangkali sedikit nasi tak berdaging,
cukuplah buat hidup sementara menunggu perpaduan dengan yang
Rohani, begitulah mestinya dia anggap besar kecilnya keperluan manusia.
Dengan jatuhnya mesin, jatuhnya ilmu pengetahuan. Dengan jatuhnya
ilmu pengetahuan, jatuhlah ilmu kedokteran yang sehidup semati. Semaju
mundur dengan ilmu pengetahuan. Dengan begitu tak ada daya upaya lagi
untuk memberantas malaria, kolera, pes, atau penyakit baru yang mesti
berjangkit akibat pengangguran dan kelaparan yang mesti hebat dahsyat.
Dengan jatuhnya ilmu kimia, jatuhlah pertanian. Dan kalau kekurangan
makanan, maka seperti dulu, tak ada kapal atau kereta pengangkut
makanan dari tempat kaya makanan ke tempat miskin dengan lekas.
Matinya manusia seperti dulu lagi, bertimbun-timbun dengan datangnya
bahaya kelaparan berulang-ulang. Jadi penduduk India, walaupun boleh
jadi suci dan alim seperti Mahatma Gandhi, akan surut anjlok ke bawah
kurang lebih 400 juta sekarang.
Dengan jalan memisahkan Gandhiisme sungguh dijalankan, kemudian
memeriksa akibatnya seperti seorang ahli matematika, kita sampai pada
tesis yang kita majukan, bahwa Gandhiisme mesti setidaknya
menyusutkan penduduk India, kalau tidak melenyapkannya sama sekali.
Lenyap, sebab jangan lupa, dunia sekarang cuma buat yang kuat saja,
bukan dunia impiannya mahatma Gandhi.
Kalau seterusnya kita mau ajukan bahwa “ahimsa” Mahatma gandhi itu
tak bisa menciptakan perdamaian dunia, seperti Mahatma sendiri pernah
akui bisa, maka jitu dan pendek sekali kita gunakan cara ketiga. Menguji
teori dengan penyesatan.
Kita mulai! Kalau ada orang yang bertentangan dengan paham kita
mengadakan bisa, maka ikutilah dia sampai di sesat. “Kalau bisa”, kata
kita, “tentu perdamaian dunia sudah lama datang”. Tetapi perdamaian
sekarang lenyap, sebab itu “ahimsa” tak bisa menciptakan perdamaian
dunia. Jadi paham lawan kita salah dan kita benar QED.
Gandhi sudah terkenal di dunia fana ini sejak tahun 1919. Lebih dari 20
tahun melalui radio atau jalan lain, dia sampaikan “ahimsa” pada mereka
yang berkewajiban memegang perdamaian. Tetapi walaupun Gandhi
hadir dengan “ahimsa”, perdamaian dunia tak pernah ada dan pasti tak
akan ada selama kapitalisme ada!
Memang dalam perdebatan politik acapkali dipakai metode ad absurdum
ini!
68