Page 121 - Buku Kemdikbud Ki Hadjar Dewantara
P. 121
Dengan persamaan yang dimiliki, sekaligus melekat
di dalamnya perbedaan yang begitu kontras, menarik untuk
diungkap latar belakang budaya yang membentuk karakter ketiga
tokoh nasionalis tersebut. Menarik juga untuk dikaji tentang
pemikiran ketiganya yang sangat berpengaruh, tidak hanya
pada masa pergerakan nasional, namun masih dirasakan setelah
Indonesia merdeka. Kedua hal itulah yang menjadi tujuan utama
penulisan makalah ini.
B. Profil Ringkas Tiga Serangkai
Soewardi Soerjaningrat lahir pada 2 Mei 1889 di
Yogyakarta. Ayahnya, Pangeran Soerjaningrat merupakan
putra pertama Paku Alam III sehingga status sebagai putra
mahkota Pakualaman melekat pada dirinya. Dengan perkataan
lain, Soewardi Soerjaningrat merupakan pewaris kedua tahta
Pakualaman apabila Paku Alam III mangkat dan ayahnya tidak
bisa naik tahta. Akan tetapi, tahta Pakualaman itu diserahkan
oleh Belanda kepada saudara sepupu Pangeran Soerjaningrat
yang kemudian menjadi Paku Alam IV. Setelah Paku Alam IV
1
mangkat, tahta diserahkan kepada Paku Alam V yang tidak lain
adalah adik laki-laki Paku Alam III. Dari sini, tahta Pakualaman
1. Irna Hanny Hadi Soewito (1982: 51-52) mengatakan bahwa kegagalan
Pangeran Soerjaningrat menjadi Paku Alam IV karena mengalami cacat
netra sejak lahir dan Pemerintah Hindia Belanda menolak menyerahkan
tahta Pakualaman kepada adiknya, Pangeran Sasraningrat karena masih
terlalu muda. Atas usul Ratu Sepuh, sebagai pinisepuh Pakualaman, salah
seorang cucunya yang sarat pengalaman di bidang kepamongprajaan
diangkat menjadi Paku Alam IV.
Tiga Serangkai Dalam Pergerakan Nasional 121