Page 124 - Buku Kemdikbud Ki Hadjar Dewantara
P. 124

berhasil membentuk jati dirinya sebagai salah seorang pemimpin
            pergerakan  yang sangat  dikhawatirkan  Pemerintah  Hindia

            Belanda  sehingga  setiap  tindak-tanduknya  tidak  terlepas  dari
            pengawasan pemerintah. Buah penanya begitu tajam mengkritik
            pemerintah, sehingga pernah dibuang ke Belanda bersama-sama
            dengan  Tjipto  Mangoenkoesoemo,  rekan  seperjuangannya  di
            Bandung.
                   Tokoh kedua dari tiga serangkai dalam makalah ini adalah
            dokter Tjipto Mangoenkoesoemo yang dilahirkan di Ambarawa

            pada 1886 sebagai anak pertama dari sebelas saudara.  Ayahnya,
                                                               6
            Mangoenkoesomo, merupakan seorang guru Bahasa Melayu di
            Sekolah Dasar Pribumi di Ambarawa. Sementara itu, kakeknya,
            Mangoensastro, merupakan seorang guru agama dan putra tertua
            seorang perwira  pasukan Pangeran  Diponegoro. Meskipun
            demikian,  Tjipto  tidak  termasuk sebagai  golongan priyayi-
            birokratis karena tidak seorangpun dari kerabatnya yang bekerja
            di pemerintahan (Balfas, 1952: 30; Scherer, 1985: 122-123;
            Shiraishi, 1981: 95).

                   Meskipun berasal  dari  kalangan  priyayi  rendah,
                kabarnya  itu  berhasil  menarik  simpati  dari  para  murid  Stovia  dan
                secara pribadi, Douwes Dekker menaruh kekaguman kepada Soewardi
                Soerjaningrat  dan  Tjipto  Mangoenkoesoemo.  Di awali  dengan saling
                berkomunikasi, ketiganya berhasil menjalin persahabatan karena merasa
                memiliki  satu tujuan  yang sama, yakni membebaskan  masyarakat
                pribumi dari ketidakadilan  akibat kebijakan Pemerintah Hindia yang
                bersifat diskrimintif (Soewito, 1982: 54).
            6. Mengenai jumlah saudara kandungnya, M. Balfas (1952: 30) mengatakan
               bahwa  Tjipto  memiliki  delapan orang  saudara  kandung,  sedangkan
               Savitri Prastiti Scherer (1985: 122) mengatakan bahwa saudara kandung
               Tjipto seluruhnya berjumlah sepuluh orang.


            124     Tiga Serangkai Dalam Pergerakan Nasional
   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129