Page 133 - Buku Kemdikbud Ki Hadjar Dewantara
P. 133

di Hindia Belanda, merupakan bentuk ketidakadilan pemerintah
            Hindia  Belanda  terhadap  golongan  pribumi.  Soewardi dan

            Tjipto mengkritik bahwa sementara Pemerintah Hindia Belanda
            merasakan kemerdekaan negerinya, pada sisi yang sama, mereka
            merampas  kemerdekaan  bangsa Indonesia. Khawatir tulisan
            Soewardi  akan  menyadarkan  bangsa  Indonesia,  Pemerintah
            Hindia Belanda menyita seluruh dokumen terkait dengan tulisan
            itu pada saat melakukan  penggeledahan  ke kantor Komite
            Bumiputera (Soewito, 1982: 54).

                   Tindakan Pemerintah Hindia Belanda tersebut mendorong
            amarah dari Tjipto Mangoekoesoemo dan menyerang pemerintah
            dengan menulis  Kracht of Vrees (Kekuatan atau Ketakutan).
            Melalui buah penanya itu, Tjipto mempertanyakan penggeledahan
            kantor Komite Bumiputera yang dilakukan dengan sangat tidak
            beradab. Tjipto menegaskan tindakan tersebut sebagai bentuk
            ketakutan  pemerintah  terhadap  pertumbuhan  nasionalisme
            dan menakuti  bangsa pribumi  dengan  memamerkan  kekuatan
            mereka.  Terhadap tulisan  Tjipto, Soewardi pun menerbitkan

            artikelnya di De Expres edisi 28 Juli 1913 dengan judul Een
            voor allen, maar ook allen voor een (Satu Untuk Semua, Semua
            Untuk Satu) yang menegaskan bahwa sebuah perjuangan,
            bangsa  Indonesia  harus  memiliki  kekuatan  dan  kepribadian
            sehingga akan siap menghadapi berbagai kemungkinan terbaik
            dan terburuk  (Dekker, 1913: 68-73; Soewito, 1982: 54).
                         16
            16. Douwes Dekker,  sebagai  sahabat  Soewardi  Soerjaningrat  dan  Tjipo
               Mangoekoesoemo, sekaligus sebagai pemimpin  redaksi  De Express,
               menanggapinya  dengan  menerbitkan  tulisannya  di  De Express edisi  5
               Agustus 1913. Ia menggambarkan  kedua orang priyayi nasionalis itu

                                 Tiga Serangkai Dalam Pergerakan Nasional  133
   128   129   130   131   132   133   134   135   136   137   138