Page 184 - Buku Kemdikbud Ki Hadjar Dewantara
P. 184
kesempatan untuk menjadi bagian dalam jenjang birokrasi dan
pemerintahan yang masih bersifat turun temurun, menghadapi
pilihan yang tidak banyak kecuali menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat biasa (wong cilik) dalam alam penjajahan. Kesadaran
yang timbul itu menciptakan solidaritas, keprihatinan, perhatian
dan rasa kebersamaan dengan masyarakat kaula yang kemudian
menjadi semangat dan tema perjuangan mereka dalam upaya
menumbangkan sendi-sendi kolonialisme Belanda.
Kebangkitan kesadaran dan emansipasi masyarakat
jajahan Hindia Belanda tidak terlepas dari geliat dan dinamika
suatu kelompok lapisan elite yang berusaha memaknai dan
mengidentifikasi kedudukan dan peranan mereka dalam
perubahan-perubahan yang sedang berlangsung, baik di
lingkungan sekitar yang kolonialistik maupun pada tataran
internasional yang dikenal dan dicerna melalui media-media
yang dapat direngkuh. Gagasan dan ajaran modern globalisme
yang menggerakkan dan menjadi pendorong untuk berubah, tidak
hanya datang dari dunia Eropa, melainkan juga dari kawasan
Asia. Segera, para elite modern itu, priyayi baru (neopriyayi),
menjadi pembawa perubahan (agent of change) yang membawa
semangat, cita-cita, tujuan dan cara pergerakan yang radikal,
menantang tatanan dan kebijakan kolonialisme.
Perjuangan politik merupakan ranah pilihan untuk
mengubah tatanan yang tidak adil tersebut. Perlawanan tidak
lagi melalui senjata, melainkan memakai kata dan pena.
Dalam tahapan perjuangan dan pergerakan itu, identitas dan
184 Sekilas Tentang Langkah Perjuangan Soewardi