Page 47 - E-Modul Sistem Koordinasi untuk Siswa
P. 47
+
juga mendorong ekskresi H dalam urin sehingga membantu mencegah asidosis (pH
darah dibawah 7,35).
2) Glukokortikoid
Glukokortikoid mengatur metabolisme (protein, glukosa, lemak) dan perlawanan
terhadap stress, meliputi hormon kortisol (hidrokortison), kortikosteron, dan kortison.
Hormon yang disekresikan paling banyak adalah kortisol, yakni sebanyak 95% dari
aktivitas glukokortikoid. Apabila kadar glukokortikoid dalam darah rendah (utamanya
kortisol), merangsang sel neurosekretori di hipotalamus mensekresikan Corticotropin-
Releasing Hormone (CRH). Keberadaan CRH merangsang pelepasan ACTH dari pituitari
anterior. ACTH yang kini berada di aliran darah menuju korteks adrenal untuk
merangsang sekresi glukokortikoid.
3) Gonadokortikoid
Gonadokortikoid atau hormon seks yang disekresikan oleh korteks adrenal ialah
androgen. Pada pria maupun wanita, androgen dihasilkan dalam jumlah yang sedikit.
Setelah pria mengalami pubertas, hormon androgen lebih banyak disekresikan di testis.
Sehingga androgen yang dihasilkan korteks adrenal tidak berpengaruh signifikan.
Namun pada wanita, androgen adrenal memiliki peran penting yakni meningkatkan
libido (dorongan seks) dan diubah menjadi estrogen oleh jaringan tubuh lain. Ketika
wanita menopause, sekresi estrogen oleh ovarium berhenti sehingga semua estrogen
wanita berasal dari konversi androgen adrenal. Hormon utama yang merangsang
sekresi androgen adalah ACTH.
b. Medula adrenal
Daerah bagian dalam kelenjar adrenal adalah medula adrenal, yang merupakan
ganglion simpatis modifikasi dari sistem saraf otonom. Tidak melepaskan
neurotransmitter, sel-sel medula adrenal justru mensekresikan hormon. Sel-sel
penghasil hormon itu disebut sel kromafin.
Pelepasan hormon pada sel kromafin dapat terjadi dengan sangat cepat karena
sistem saraf otonom mengendalikan secara langsung. Hormon yang disintesis di
medula adrenal adalah epinefrin dan norepinefrin atau disebut adrenalin dan
noreadrenalin. Jaringan kromafin medula adrenal mengeluarkan sebanyak 80%
epinefrin dan 20% norepinefrin.
Ketika berada pada keadaan stres, impuls dari hipotalamus menstimulasi
preganglionik neuron simpatis, yang kemudian menstimulasi jaringan kromafin untuk
mensekresikan epinefrin dan norepinefrin. Efek yang dirasakan antara lain
meningkatkan tekanan darah; meningkatkan aliran darah ke jantung, hati, otot rangka,
dan jaringan adiposa; melebarkan saluran udara menuju paru-paru, dan meningkatkan
kadar glukosa dan asam lemak dalam darah.
40