Page 278 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 278

mati   seseorang,   juga   bukan   meminta   dengan
            keserakahan  atas  sesuatu  untuk  waktu  yang  bersifat
            permanen,” kata Karma.

            “Jadi kamu persisnya membuat permintaan apa di tempat
            itu?”

            “Satu hal yang paling diinginkan seorang penulis seperti
            diriku,  Na.  Aku  berharap  dapat  menemukan  kebenaran
            dengan  bertemu  karakter  yang  aku  ciptakan  dalam
            tulisanku sendiri,” jawab Karma.

            “Kebenaran apa?” tanya Dena.

            “Kalau pada akhirnya, kalian adalah bagian dari diriku, Na.
            Rasa sakit, kenangan pahit, kemarahan, jatuh cinta, setiap
            cerita,  setiap  kegilaan  di  dalamnya,  itulah  yang
            membuatku utuh, Na,” kata Karma sambil menatap Dena,
            yang segera memeluknya erat.

            Kepala Karma bersandar di bahu Dena, merasakan lega,
            damai yang tidak terkira di dalam dirinya. Siluet mereka
            tampak  syahdu,  gelap  dengan  latar  belakang  matahari
            yang  terbenam  di  seberang  laut,  diwarnai  langit  yang
            jingga dan mulai gelap.

            “Permintaanmu sudah terkabul, Kar. Lihat itu,” kata Dena
            sambil  mengarahkan  kepala  Karma,  menyaksikan
            seorang perempuan yang berjalan menyusuri hamparan
            pasir, tidak jauh di hadapan mereka.

            Perempuan  itu  sedikit  menunduk,  seolah  merenungkan
            sesuatu,  membiarkan  rambutnya  diterpa  angin  sejuk,
            mengabaikan  setiap  mata  yang  memandanginya.  Dia
                                     276
   273   274   275   276   277   278   279   280   281