Page 87 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 87
“Saya butuh bantuan kamu,” kata saya sambil
menatapnya tajam.
*
Awalnya hanya sebuah pertengkaran mulut karena saya
berkeras untuk menghentikan semua sandiwara ini. Sardi
menolak keras, berkata bahwa saya tidak bersyukur
karena ide cemerlangnya telah membawa saya jauh ke
titik yang sekarang. Perdebatan mulut berubah menjadi
dorong mendorong, lalu saling pukul. Leni mencoba
melerai, tetapi Sardi melayangkan pukulannya, tepat
mengenai pelipis mata bagian kiri dari perempuan yang
saya nikahi!
Leni jatuh terbaring di lantai, sebelum terlebih dahulu
kepalanya membentur pada dinding beton. Saya berteriak
penuh amarah. Si Buyung telah dibawa, diamankan oleh
Inem si tetangga kontrakan kami. Di tengah kekacauan itu,
Sardi memilih momen yang pas untuk memperuncing
pertikaian kami, tepat ketika kelompok pemuja saya
datang, hendak menyembah senja!
“Wahai kalian, para pemuja Nabi Ito! Ketahuilah, bahwa
hari ini, Tuhan sudah mencabut wahyunya dari dia, dan
semua diserahkan kepada saya. Dengarkan sabda-Nya,
wahai pengikut! Biarkan namanya terlupakan, biarkan
senja berganti malam, karena dia sudah ingkar dari
janjinya! Barangsiapa yang mengikuti saya, akan beroleh
rejeki yang melimpah dan umur yang panjang, serta cinta
yang selalu didambakan. Saya adalah Nabi Sardi!” teriak
Sardi dengan lantang.
85