Page 98 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 98

“Ternyata  kita  senasib,”  katanya  sambil  tiba-tiba
            memegang tangan saya.

            “Saya juga terkena tuberkulosis dan memang takdir sudah
            menggariskan hidup kita yang singkat.…” spontan kaget,
            saya menepis tangannya dan berusaha kabur, tapi tiba-
            tiba dia menarik tangan kiri saya.

            Dicengkeramnya tiang infus saya.

            “Bercanda, Re,” katanya sambil tertawa.


            Muka saya merah padam, marah.

            “Hampir  saya  panggilkan  satpam  buat  ngusir  kamu!”
            jawab saya ketus.


            “Maaf  ya…Habisnya  kamu  juga  pake  bohong  segala,
            bilang  sakit  kayak  gitu.  Gak  seru  lah,  orang  lain  masih
            bersyukur kalo sakit bisa disembuhkan. Orang kena HIV
            belum tentu bisa sembuh, lho…jangan sampai perkataan
            kamu  diaminkan  oleh  Tuhan…”  katanya  sambil  tertawa
            iseng.

            “Kamu ngomongnya persis kayak kakak saya,” kata saya
            lagi sambil kembali duduk di sampingnya.

            “Ya, tapi kamu beruntung bisa ngomong sama saya dalam
            posisi masih sadar kayak gini,” katanya.

            “Sadar gimana?” saya melihatnya dengan keheranan, lalu
            seketika saya sadar.

                                     96
   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103