Page 96 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 96

“Saya boleh balik ke kamar pesakitan saya ya?” kata saya
            lagi sambil mendorong tiang infus di samping saya.

            Aldo  hanya  membalas  dengan  mengangguk.  Dengan
            malas,  saya  pun  keluar  meninggalkan  dia  sendiri  di
            ruangannya, melangkah masuk ke kamar rawat inap yang
            tidak jauh dari situ.

            Berbaring  di  ranjang  rumah  sakit  itu  bukanlah  hal  yang
            selalu  menyenangkan.  Ketika  melihat  ke  langit-langit  di
            atas, cahaya lampu berwarna putih justru seperti tertawa
            mengejek saya, seolah berkata bahwa saya tidak dalam
            posisi  terbaik  saya  untuk  difoto.  Lihat  ke  sekeliling,
            semuanya  juga  serba  putih,  eh,  entah  ini  mungkin
            berwarna krem pucat.

            Mengapa  rumah  sakit  dibangun  dengan  warna
            menakutkan  seperti  ini?  Apa  karena  mungkin  namanya
            saja  ‘rumah  sakit’  sehingga  berada  di  dalamnya  pun
            semua  orang  harus  berpikir  dirinya  sakit?  Bukankah
            dalam  psikologi  warna,  Biru  misalnya  bisa  menciptakan
            ketenangan, atau Oranye yang bisa meningkatkan napsu
            makan,  dan  warna-warni  cerah  lainnya?  Ataukah  ini
            mungkin  karena  pemikiran  bahwa  warna  putih  selalu
            diasosiasikan dengan bersih dan suci.

            Saya tidak melihat hal-hal yang benar-benar bersih dan
            suci di sini. Tidak dari bau yang selalu saya cium di rumah
            sakit,  obat  dan  cairan  yang  menyengat,  suara  rintihan,
            kadang  tangisan  dan  jerit  anak-anak,  lalu  sesekali,
            perawat yang berceloteh penuh makian karena kesabaran
            mereka habis oleh gelombang keluhan pesakit yang ada
            di sini.

                                     94
   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101