Page 94 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 94

“Lagian,  apa  sih  kemungkinan  terburuknya,  saya  kena
            kanker, atau infeksi saluran pencernaan, atau HIV?” kata
            saya sambil tersenyum bercanda.

            “Tidak lucu, Re,” katanya kepada saya.

            “Di dunia ini mana ada orang yang senang ketika divonis
            sakit, di mana-mana itu semua orang inginnya sehat, agar
            bisa  menjalani  hidup  dan  menikmati  kehidupannya
            dengan sebisanya.”

            Mulai  deh,  Aldo,  kakakku  yang  kebetulan  berprofesi
            sebagai  dokter  spesialis  saraf  itu  berceloteh  tentang
            filosofi  hidup,  bla  bla  bla…  Selama  bertahun-tahun,
            setelah kedua orang tua kami meninggal dalam sebuah
            kecelakaan, dia selalu berusaha mengisi sosok ayah dan
            ibu  untuk  saya,  mencoba  membuktikan  tanggung
            jawabnya pada keluarga.


            Saya  sendiri  tidak  tahu  lagi,  hendak  memuji  semua
            kebaikan  Aldo  kepada  saya  dan  memberinya  gelar
            seorang  ‘pahlawan’  ataukah  ‘orang  bego’  yang  terlalu
            mengurusi adiknya; saya, sementara dia lupa mengurus
            dirinya  sendiri.  Hubungan  pribadinya  berantakan,
            pacarnya  tidak  ada  yang  bertahan  lama,  dan  semua
            pengabdiannya  membawanya  ke  usia  empat  puluh  tiga
            dan  masih  bertahan  sebagai  seorang  bujangan  alias
            jomblo yang terlalu keren dan baik hati-tapi lupa berumah
            tangga dan memilih kebahagiaannya sendiri.

            “So…? Saya sakit apa, dokter Aldo?” tanya saya dengan
            tegas, memotong semua ceramahnya yang tidak satu pun
            saya dengarkan sedari tadi.
                                     92
   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99