Page 102 - GRC-BOOK-NEW2
P. 102
Penerapan gCg di unit kerja
Caranya? dikelompokkan menjadi 2 (dua) aktivitas utama. Pertama, penerapan
etika usaha (business conduct) dan Kedua, penerapan etika kerja (standar perilaku).
Governance infrastructure yang mengatur dengan tegas terkait proses implementasi
business ethich di perusahaan disebut Code of Conduct (CoC). Sekilas uraian
tentang “Beyond Code of Conduct” dapat disimak pada box.1.6. Ilustrasi gambar 1.6
merupakan butir-butir inti penerapannya.
Dapat ditarik benang merah yang sungguh tegas bahwa tujuan utama penerapan
CoC adalah “menancapkan” corporate values ke ceruk nurani pengurus dan pegawai
yang paling putih sehingga muncul perilaku mereka yang profesional, mulia dan
luhur dalam berbisnis sehari-hari. Jika hal ini sukses, maka tak ayal lagi, GCG culture
segera membumi disetiap tingkatan dan jenjang organisasi di suatu perusahaan.
Caranya? dikelompokkan menjadi 2 (dua) aktivitas utama. Pertama, penerapan
etika usaha (business conduct) dan Kedua, penerapan etika kerja (standar perilaku).
Etika Usaha (business Conduct)
Etika usaha merupakan pedoman perilaku dalam berinteraksi dengan segenap
stakeholders. Tegasnya adalah menetapkan standar perilaku bagi segenap pengurus
dan pegawai dalam berinterkasi dan/atau melaksanakan proses bisnis di lapangan.
Mulai dari interaksi antar sesama pegawai; nasabah, vendor, pesaing, mitra kerja,
pemerintah, masyarakat, media massa, dan lain sebagainya (menyesuaikan dengan
situasi dan kondisi unik yang dihadapi oleh suatu perusahaan) hingga mengatur
standar perilaku ketika berinteraksi dengan organisasi profesi.
Segenap perihal di atas harus diatur dengan tegas dan jelas. Kongkritnya? Agar
terdapat gambaran, kita tarik satu contoh penerapan standar perilaku ketika
pengurus dan pegawai berinteraksi dengan vendor yang ditetapkan oleh PT Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk bahwa dalam melaksanakan pengadaan barang
dan jasa, Bank wajib melaksanakannya berdasarkan prinsip-prinsip efisien, efektif,
kompetitif, transparan, adil dan akuntabel. Perilaku etis yang harus dilaksanakan
dalam proses pengadaan barang dan jasa serta dalam berhubungan dengan
penyedia barang dan jasa adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan penyedia barang dan jasa harus didasari atas penilaian kemampuan,
prestasi, dan berdasarkan kepatuhan serta obyektifitas di bidang standar harga,
kualitas, ketersediaan, persyaratan serta pelayanan yang diberikan oleh rekanan/
pemasok. Ketentuan yang harus diperhatikan, antara lain:
2. Pemilihan penyedia barang dan jasa dilakukan sesuai dengan ketentuan internal
Bank, dengan tujuan untuk mendapatkan tingkat mutu barang atau jasa terbaik
dan efisien pembelian yang optimal melalui perbandingan mutu dan tingkat
harga yang ditawarkan rekanan-rekanan Bank. Kerahasiaan harga harus benar-
benar dijamin.
76 The Fundamentals of GRC