Page 111 - GRC-BOOK-NEW2
P. 111

Penerapan gCg di unit kerja





            1.  UU No.28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas
               dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme pasal 9;
            2.  UU No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pasal 31
               ayat (2) butir e, yang diatur pelaksanaannya melaui PP No. 71/2000: tentang
               Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan
               Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pasal 6;
            3.  UU No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 153 ayat (1) huruf l dan
               pasal 158 ayat (1) huruf I;
            4.  UU No.7 tahun 2006 tentang Ratifikasi United Nations Convention Against
               Corruption 2003 (UNCAC) Article 33 Protection of reporting person yang diatur
               pelaksanaannya melalui SEMA (Surat Edaran Mahkamah Agung) No 04 tahun
               2011 tentang Perlakuan Bagi Pelapor Tindak Pidana (Whistleblower) dan Saksi
               Pelaku yang Bekerjasama (Justice Collaborators) di Dalam Perkara Tindak
               Pidana Tertentu;
            5.  UU No.13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban pasal 10 ayat (1);
            6.  UU No. 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
               Pencucian Uang pada pasal-pasal 28, 29, 83 ayat (1), 84 ayat (1), 85 ayat (1) dan
               86 ayat (1) yang diatur pelaksanaannya melalui. PP No.57 tahun 2003 tentang
               Tata Cara Perlindungan Khusus bagi Pelapor dan Saksi Tindak Pidana Pencucian
               Uang pasal 2 dan 3.s

            Kepada Pelapor yang beritikad baik, suatu perusahaan dapat memberikan jaminan
            perlindungan sebagai berikut:
            1.  Penyediaan saluran komunikasi pelaporan (lisan, telepon, email) yang bebas
               dan rahasia ataupun penyediaan Ombudsman yang independen dan rahasia.
               Melalui saluran komunikasi ini. Pelapor akan mendapatkan informasi tindak
               lanjut penanganan laporan dugaan pelanggaran yang disampaikan;
            2.  Jaminan kerahasiaan identitas pelapor, terkecuali bila jika terdapat tuntutan
               hukum mengharuskan identitas ini menjadi dibuka di hadapan hakim;
            3.  Perlindungan dari tindakan balasan dari si terlapor atau organisasi yang
               dilaporkan. Perlindungan ini dapat meliputi:
            4.  Perlindungan fisik baik terhadap diri sendiri maupun keluarganya;
            5.  Perlindungan terhadap harta benda miliknya dan milik keluarganya atas teror
               ataupun pembalasan yang harus dialaminya
            6.  Perlindungan administratif yang berupa penundaan kenaikan pangkat,
               pemecatan, pengucilan di tempat kerja, mutasi yang tidak layak, termasuk
               kepastian kerja, dan lain sebagainya;
            7.  Perlindungan hukum, dalam proses litigasi di Pengadilan Negeri, termasuk
               biayanya, dan bila perlu termasuk perlindungan melalui LPSK (Lembaga
               Perlindungan Saksi dan Korban).









                                                      The Fundamentals of GRC    85
   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116