Page 85 - Pembelajaran Vokasi di Perguruan Tinggi - Agunawan Opa
P. 85
UNESCO-UNEVOC dan ILO, TVET meliputi pendidikan dan pelatihan
formal, nonformal, dan informal untuk dunia kerja. Kongres Technical
and Vocational Education kedua ini merupakan momentum penting
bagi TVET di seluruh dunia karena TVET dipilih oleh UNESCO dan
ILO sebagai sistem pendidikan dan pelatihan teknikal dan vokasional
bagi seluruh umat manusia yang sering disebut dengan istilah
pendidikan untuk semuan.
Filosofi pragmatisme adalah filosofi yang paling sesuai
diterapkan dalam TVET masa depan menurut Miller & Gregson, 1999
dan Rojewski, 2009 seperti dikutif (Putu Sudira, 2017). Filosofi
pragmatisme mendudukkan TVET sebagai pendidikan yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan individu dalam memenuhi seluruh
kebutuhan hidupnya. Dalam kehidupan modern TVET tidak lagi
dikembangkan sekedar hanya memenuhi kebutuhan ekonomi.
Kebutuhan ekonomi bukan merupakan satu- satunya kebutuhan hidup
manusia. Kebutuhan bersosialisasi, kebutuhan mengekspresikan diri
dalam kehidupan masyarakat, memainkan diri dalam pembangunan
masyarakat, kebahagiaan spiritual adalah kebutuhan lain dari manusia
yang juga harus dipenuhi. Karakteristik filosofi pragmatisme
menekankan pemecahan masalah berpikir orde tinggi. Filosofi
pragmatisme meletakkan pendidikan sebagai interaksi aktif
memandirikan peserta didik dalam belajar memecahkan
permasalahan hidupnya.
Pendidikan adalah upaya pendewasaan penyadaran,
penumbuhan spirit dan pencerahan anak akan arti kehidupan. Melalui
pendidikan, anak menemukan hakikat dirinya di tengah-tengah
keluarga, masyarakat, lingkungan dan alam semesta. Pembelajaran
dalam asumsi pragmatisme dikonstruksi berdasarkan pengetahuan
sebelumnya, pengalaman yang telah dimiliki untuk merespon dan
mengantisipasi isu-isu perubahan dunia kerja.
Selain pragmatisme, filosofi esensialisme mendudukkan TVET
dalam kaitannya dengan efisiensi social karena kurikulum dan
pembelajaran dikembangkan berdasarkan kebutuhan bisnis dunia
74