Page 43 - TOKSOPLASMOSIS-pada-Hewan
P. 43
Dari hasil tersebut, terdapat sekitar 50-55% kandungan nukleotida
GC. Namun demikian, tidak terdapat indikasi adanya transkripsi
bentuk polycistronic atau trans-splicing. Dari gambaran ini, kloning
dan karakterisasi dari gena-gena tersebut menjadi relatif lebih
mudah, jika dibanding dengan genom dari Plasmodium yang ternyata
memiliki lebih banyak nukleotida AT. Pada gena-gena toksoplasma
juga tidak dijumpai adanya intron, kecuali pada gena yang mengkode
dihydrofolate reductase (DHFR), uracyl phosphoribosyl transferase
dan hypoxanthine xanthine guanosine phosphoribosyl transferase yang
dipotong oleh sejumlah intron kecil di dalamnya (Roos, 1993). Pola
dari struktur organisasi ini memang tidak biasa ada pada toksoplasma,
karena pada gena yang lain, seperti gena yang mengkode tubulin,
NTPase dan aktin, tidak dijumpai adanya interupsi oleh intron (Nagel
et al., 1988; Asai et al., 1995).
Adanya DNA repetisi telah dikarakterisasi oleh Burg et al.
(1989). Lebih lanjut dikemukakannya, bahwa ada suatu fragmen yang
disebut B1 besarnya 2 kB, secara tandem mengalami repetisi pada
kromosoma IX. Meskipun keberadaan dari gena B1 ini tidak bersifat
polimorfis, namun sangat berguna sebagai penanda (marker) dalam
deteksi PCR dengan sensitivitas dan spesivitas yang tinggi. Selain
gena tersebut, masih ada lagi gena-gena yang lain, seperti gena inti
rDNA dan 5.8S RNA, large subunit dan 5S RNA yang keberadaannya
sangat penting untuk diagnosa, deteksi dan perbandingan filogenetika
pada toksoplasma (Gagnon, 1993).
B. Struktur Genetika Populasi Toxoplasma gondii
Antigen SAG1 dan SAG2 yang merupakan antigen hasil ekspresi
parasit selama stadium takizoit, dapat digunakan sebagai penanda
terhadap antigen dari galur spesifik. Di antara antigen-antigen yang
diperoleh dari suatu galur toksoplasma tersebut, terdapat kemiripan
antara satu dengan yang lain yang ditunjukkan dari hasil analisa data
sequencing pada antigen permukaan (SAG) dari takizoit. Hasil ini
34 Toksoplasmosis pada Hewan