Page 37 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 37

Pemikiran Agraria Bulaksumur
            Dr. Kuntowijoyo (alm), dan Prof. Dr. Soegijanto Padmo (alm).
                Semua murid-muridnya itu menekuni sejarah sosial
            (pedesaan). Prof. Dr. Djoko Suryo melihat bagaimana pengaruh
            ekonomi modern dan segenap modus kapital masuk dan mengu-
            bah sebuah wilayah. Berbagai kebijakan sosial ekonomi Kolonial
            memberi pengaruh pada struktur dan kondisi masyarakat
            pedesaan Semarang. Prof. Dr. Kuntowijoyo (alm.) menunjukkan
            pentingnya geographic-historical process (perpaduan politik dan
            ekologi) di atas ranah spesifik agraria tegalan di Madura. Prof.
            Dr. Suhartono berkonsentrasi pada hubungan antara struktur
            penguasaan tanah dalam model tradisional dan apa perubahan-
            nya ketika sitem penguasaan tanah model modern diterapkan.
            Dan terakhir, Prof. Dr. Soegijanto Padmo (alm.) telah menyajikan
            narasi sejarah tentang dinamika gerakan sosial (kaum tani) di
            pedesaan dalam merespon kebijakan agraria di level lokal. Semen-
            tara murid pertamanya, Prof. Dr. Ibrahim Alfian, menyoroti peran
            ideologi dalam Perang Aceh. Beberapa murid muda-nya, yang
            kini mengajar di Jurusan Sejarah Universitas Gadjah Mada, seperti
            Prof. Dr. Bambang Purwanto, Dr. Nur Aini Setiyawati, Dr. Sri
            Margana dan Drs. Machmoed Effendhie, berangkat dari pijakan
            yang dasar-dasarnya telah diletakkan oleh beliau. Nama-nama
            yang disebutkan itu sekadar untuk menunjukkan pelembagaan
            gagasan beliau di ranah kampus. Pengaruh pemikiran Sartono
            di bidang sejarah maupun ilmu sosial lain tentulah jauh lebih
            luas dari yang telah disebut.
                Melihat secara lebih luas dinamika kampus saat ini, sebenar-
            nya masih perlu diuji apakah gagasan senantiasa menjadi “drive”
            bagi pengembangan kampus. Sebab di masa lampau dunia uni-
            versiteir telah menjadi perpanjangan tangan kekuasaan (menteri),
            dan kini kehidupannya berada di bawah bayang-bayang kekuatan

            18
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42