Page 38 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 38

Membaca Ulang Sartono Kartodirdjo
               modal-kapital. Di tengah kondisi semacam itu, dan secara luas
               kondisi masyarakat yang terus menerus dikepung oleh hingar-
               bingar kapitalisme baik di perkotaan maupun di pedesaan, mem-
               bicarakan masalah agraria laksana mengajak duduk Don Quixote
               di meja makan McDonald atau menyeretnya ke pusat perbelanjaan
               Carrefour. Bukan hanya membuatnya semakin samar membeda-
               kan antara realitas dan bayangan, namun mengundang orang
               lain untuk melihatnya dengan penuh keanehan dan lantas tidak
               mengacuhkannya. Dunia akademis Indonesia telah begitu lama
               mengabaikan kajian agraria, seperti halnya negeri ini sejak lama
               mengingkari ekistensi keagrariannya. Mahasiswa-mahasiswa saat
               ini tidak tertarik lagi mengkajinya, seperti generasi-generasi muda
               meninggalkan ruang agrarianya di pedesaan. Ada politik penge-
               tahuan di masa lalu yang menyebabkan kondisi semacam itu.
               Kenyataan seperti ini menantang kita untuk membaca kembali
               pemikiran-pemikiran agraria yang pernah ada, dan lantas me-
               munculkan kajian-kajian baru yang kreatif agar mampu menja-
               wab problem-problem real keagrarian kontemporer. Tantangan
               lainnya adalah agar gagasan dan pemikiran-pemikiran itu dapat
               berakumulasi menjadi gugus pengetahuan agraria yang otoritatif,
               didialogkan dari generasi ke generasi dalam berbagai tema dan
               teoretisasi baru.


               B. Anatomi Pemikiran
                   Sartono Kartodirdjo  lahir di Wonogiri, Jawa Tengah, 15 Feb-
               ruari 1921. Setamat HIS, dia melanjutkan sekolah MULO di Sura-
               karta. Lalu ia meneruskan tingkat atasnya di Kweekschool. Sekolah
               guru ini berada di Salatiga. Ia lulus pada tahun 1941. Sartono
               kemudian bertugas sebagai guru HIS di Muntilan. Di kota ini
               Sartono bertemu dengan calon istrinya, Sri Kadaryati. Keduanya

                                                                   19
   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43