Page 43 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 43

Pemikiran Agraria Bulaksumur
            Hadjar Dewantara tentang kebudayaan nasional yang diartikan
            sebagai “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kedaerahan
            adalah unsur pembangun kebudayaan nasional sekaligus dalam
            konteks tertentu, beroposisi biner terhadapnya. Padahal realitas
            sejarah di masa lalu (lebih-lebih kini) menunjukkan bahwa kaitan
            antara lokal  bisa jadi bukan dengan nasional namun dengan keku-
            atan global melalui berbagai saluran ekonomi, politik, dan
            kebudayaan. Selain itu, lokalitas dapat membangun kesejarahan-
            nya sendiri tanpa menunjukkan signifikansinya baik dalam
            konteks nasional maupun global. Hal ini bukan berarti menafikan
            analisa terhadap konteks yang lebih luas seperti kolonialisme dan
            neoliberalisme (jika memang dimungkinkan). Pertanyaan utama-
            nya adalah, dalam konteks interaksi dan perjumpaan itu apa
            dampak yang dirasakan oleh masyarakat lokal?
                Cara melihat lokal senantiasa secara subordinatif terhadap
            nasional bisa jadi juga keliru. Interaksi lokalitas dengan lokalitas
            yang lain atau bahkan dimensi yang lebih luas, seringkali berpro-
            ses secara osmosis (saling melakukan penyerapan), responsif,
            akomodatif, dan bukan domintif-eksploitatif sebagaimana selama
            ini dibayangkan. Cara melihat secara demikian terjadi juga dalam
            proses difusi kebudayaan yang selama ini dipahami menyebar
            dari pusat ke pinggiran, dari elit ke massa, dan dari kolonial ke
            masyarakat pribumi. Pandangan ini mengabaikan adanya
            perjumpaan-perjumpaan (encounter) yang memungkinkan saling
            pengaruh itu terjadi. Tawaran untuk melihat proses melokal—
            menasional—mengglobal itu terjadi sebagai sebuah encounter dan
            bukan hirarki, justru adalah untuk mengemansipasi dan menga-
            kui rasionalitas yang ada di level yang selama ini dianggap ping-
            giran. Sekaligus untuk menunjukkan bahwa berbagai problem
            yang sering disebut, seperti dominasi, eksploitasi, dan “penja-

            24
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48