Page 47 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 47
Pemikiran Agraria Bulaksumur
Hal kedua adalah masalah eksplanasi. Guna menghindari
monokausalitas, determinasi, dan kesepihakan, maka pendekatan
ilmu-ilmu sosial diperlukan dalam turut menjelaskan realitas
sejarah yang kompleks. Penjelasan mengenai ini khusus disajikan
dalam sub-bab di bawah nanti.
2. Konsep Integrasi dalam Sejarah Nasional Indonesia
Sartono terkenal pula dengan gagasan integrasinya dalam
membaca gerak sejarah Indonesia. Ia menyatakan bahwa “dalam
rangka penulisan sejarah nasional yang nasiosentris, pada hake-
katnya proses integrasi menjadi ‘benang merah’ yang teranyam
sebagai jalur utama dalam jaringan komunikasi serta interaksi
14
seperti yang terselenggara sepanjang sejarah indonesia”. Pada
buku jilid I Pengantar Sejarah Indonesia yang mengambil periode
1500-1900, ia mengemukakan bahwa proses integrasi itu ber-
kembang ke arah perwujudan geopolitik. Sedangkan dalam perio-
de pergerakan nasional (abad 20), proses integrasi itu terjadi pada
dimensi sosial-politik. Nasionalisme periode ini masih bersifat
elitis, sebab merekalah yang memegang peranan penting dalam
inovator politik dan dunia gerakan.
Ada dua hal yang perlu dikritisi terhadap konsep integrasi
itu. Pertama, apakah pendapat di atas tidak bersifat anakronis
mengingat nasionalisme merupakan gagasan yang muncul pada
awal abad 20? Gerak sejarah yang terentang secara panjang dari
mulai abad 16 hingga abad 20 menghadirkan dinamika dan arah
yang berbeda-beda dan tidak menuju pada integrasi ke arah satu
14 Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan
Nasional, dari Kolonialisme sampai Nasionalisme, (Jakarta: Gramedia, 1990), hlm.
xi-xii.
28